SOLOPOS.COM - Tiyas Nur Haryani (Foto: Dokumentasi)

Tiyas Nur Haryani (Foto: Dokumentasi)

Oleh: Tiyas Nur Haryani

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Mahasiswa FISIP UNS

Ingatkah dalam memori kita, Solo The Spirit of Java, muncul sebagai slogan dalam upaya branding image Soloraya. Pengalaman sejarah mencatat bahwa awal mula slogan ini, muncul dari penyelenggaraan kontes pencipta slogan. Dewan juri dalam kontes tersebut menetapkan slogan ini menjadi upaya brading image yang pada dasarnya tidak hanya diperuntukkan bagi Kota Solo. Seiring waktu berjalan ternyata banyak masyarakat awam baik orang Solo maupun orang luar Solo tidak banyak mengetahui persis apa sebetulnya Solo The Spirit of Java. Banyak orang menganggap Solo The Spirit of Java sebatas slogan sama seperti halnya Yogyakarta yang berbunyi “Jogya Never Ending Asia” dan Jakarta dengan “Enjoy Jakarta”.

Kalangan masyarakat luar Kota Solo pun juga turut memaknai bahwa Solo The Spirit of Java adalah slogan milik Kota Solo saja, dan banyak pula individu yang mengartikan slogan tersebut dalam arti sempit secara bahasa. Mereka mengartikan kalimat tersebut berarti ruh Jawa adalah Solo. Hal itu memang betul, website resmi pemerintah Kota Surakarta mencatat Solo The Spirit of Java yang berarti “Jiwanya Jawa” sebagai slogan kedua dari kota ini. Slogan ini dipakai sebagai upaya pencitraan pariwisata kota Solo yang menjadi pusat kebudayaan Jawa. Solo Spirit of Java dipandang sebagai sebuah propaganda dari pemkot Solo untuk menarik wisatawan dan mengenalkan potensi budaya yang ada di kota Solo.

Sebetulnya slogan ini dilahirkan terkait kerjasama daerah Soloraya yaitu daerah Subosukowonosraten. Slogan ini bertujuan sebagai merk untuk menjual dan mempromosikan semua potensi yang dimiliki oleh daerah-daerah eks karisedenan Kota Surakarta. Kawasan Subokukawonosraten merupakan kota-kota praja yang meliputi 6 kabupaten dan 1 kota (Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen dan Klaten). Enam kabupaten 1 kota ini memiliki akar budaya dan sosial ekonomi yang hampir sama antar daerahnya. Solo The Spirit of Java adalah modal sosial mereka untuk menembus pasar local dan global.

Menurut Soemanto (2007) bahwa tujuan internal dari slogan ini adalah demi mengembangkan identitas dan menyatukan wilayah pemasaran untuk memajukan perekonomian wilayah Kota Solo dan kota-kota prajanya tersebut. Sedangkan tujuan eksternalnya untuk mengenalkan daya tarik demi menumbuhkan ekonomi dan investasi di bidang perdagangan dan pariwisatanya. Jadi, slogan ini tidak hanya milik Kota Solo, namun juga 6 kabupaten praja lainnya. Itulah yang harus kita pahami, dengan demikian Kota Solo dan kabupaten paraja lainnya sedapat mungkin membangun bersama investasi dan pariwisata di Soloraya. Namun, selama ini Solo The Spirit of Java mulai surut terdengar gaungnya tergantikan oleh slogan-slogan baru yang diluncurkan masing-masing daerah eks karisedenan Kota Surakarta. Ego kedaerahan dapat saja muncul dalam peningkatan daya saing perekonomian di era otonomi daerah saat ini. Hal ini pun sudah pernah terprediksi diawal lahirnya slogan Solo The Spirit of Java ini.

Kerja sama

Bersandar dan berpangku tangan pada kalimat menarik Solo The Spirit of Java memang tidak patut dilakukan dalam peningkatan ekonomi kab/kota. Bukan berarti peluncuran slogan ini 5 tahun silam kemudian mampu mendatangkan turis dan investor bagi Subosukowonosraten. Upaya pemasaran produk ekonomi dan pariwisata perlu digalakkan secara berkelanjutan. Kita sedang menjual Subusukowonosraten dengan merk Solo The Spirit of Java, akan tetapi bagaimana dengan isi produk yang dijual dan pemasaran yang mengikuti brand image yang satu ini.

Melihat produk-produk ekonomi dari tambang usaha kecil menengah di eks karisedenan Kota Surakarta tentunya sudah tidak diragukan lagi. Profil UMKM Kota Surakarta mampu menjangkau 30% pasar nasional masih kalah dengan Kabupaten Klaten dimana UMKMnya mampu menjangkau 42% pasar nasional dan nomor dua ada Kabupaten Sragen dengan jangkauan pasar nasional sebesar 38%. Namun secara nilai ekspor, UMKM Kota Surakarta masih unggul dibanding dengan wilayah Subosukowonosraten yang lain.

Kerjasama perlu melibatkan sektor pemerintahan, swasta dan masyarakat umum pelaku industi UMKM di Subosukowonosraten perlu bekerjasama terutama pada bidang inovasi ekonomi regional. Era otonomi daerah tentu saja tidak akan memunculkan patrimonial state di kab/kota yang bernaung di bawah paying slogan Solo The Spirit of Java ini. Penggarapan budaya tradisi yang dimiliki Subosukowonosraten sebagai asset pariwisata dapat digalakkan secara bersama.

Solo The Spirit of Java adalah handarbeni atau rasa memiliki dari seluruh elemen pemerintahan, swasta dan publik Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Wonogiri, Sragen dan Klaten. Setiap daeerah perlu meningkatkan nilai dari kekayaan yang dimiliki. Menggarap dan melestarikan peninggalan-peninggalan tradisi yang dimilikinya baik yang berupa fisik maupun non fisik yang dimiliki Subosukowonosraten adalah langkah nyata menepis paradoksal slogan dan demi kemajuan pembangunan daerah-daerah ini di sisi pariwisatanya. Rekonstruksi slogan Solo The Spirit of Java dapat kita mulai dengan sosialisasi dan koordinasi  kerjasama antar daerah region Soloraya mengenai spirit dan tujuan dibalik slogan tersebut. Kerjasama dalam bidang pariwisata dan inovasi ekonomi kerakyatan Subosukowonosraten dapat menjadi ujung tombak dalam menambal kekurangan antar daerah satu dengan daerah yang lain dalam rangka pembangunan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya