SOLOPOS.COM - Warga mencoblos di bilik suara di Pendapa Astana Oetara Nayu, Kelurahan Nusukan, Kecamatan Banjarsari, Solo, Rabu (9/12/2020). (Solopos/Wahyu Prakoso)

Solopos.com, SOLO -- Petugas KPPS 043 melayani pemungutan suara dari 296 daftar pemilih tetap TPS yang berlokasi di Pendapa Astana Oetara Nayu, Kelurahan Nusukan, Kecamatan Banjarsari, Solo, Rabu (9/12/2020).

Para petugas mendekorasi pendapa tersebut dengan janur serta memakai batik bagi petugas laki-laki dan kebaya bagi petugas perempuan. Para laki-laki memakai penutup kepala mits yang diklaim sebagai aksesori khas warga Nusukan dari trah Mangkunegaran.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ketua KPPS 43, Sarjuni, menjelaskan para petugas ingin meningkatkan partisipasi warga dalam Pilkada dengan mengusung tema Mengulas Sejarah Merintis Masa Depan. Pendapa itu terpilih sebagai lokasi karena berada pada kawasan makam Mangkunagoro VI, strategis, memiliki nilai sejarah, dan terbuka.

Pilkada Sukoharjo: EA Unggul di 8 Kecamatan, Joswi 3 Kecamatan, 1 Kecamatan Imbang

Pendapa kompleks Astana Oetara Nayu yang menjadi salah satu lokasi TPS Pilkada Solo wilayah Nusukan merupakan saksi sejarah untuk rapat Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Bangunan tersebut tampak bersih terawat.

Perwakilan trah Mangkunagoro VI, Lilik Kusnandar, menjelaskan BPUPKI memakai bangunan Papandayan atau Paguyupan Pancasila Hadiningrat tersebut untuk rapat ketika masih berlokasi di belakang gedung MTA Solo.

Nilai Ajaran Mangkunagoro VI

Bangunan kemudian dipindah ke kompleks Astana Oetara Nayu karena lahan tempat semula dijual oleh ahli waris. “Yang membangun gedung ini adalah Mangkunagoro VI. Bangunan dilestarikan dekat dengan makam Mangkunagoro VI,” katanya di lokasi TPS 043 Nusukan, Solo, itu.

Raup 86,45% Persen Suara Pilkada Solo 2020, Gibran-Teguh Gagal Tumbangkan Rekor Jokowi-Rudy

Menurutnya, banyak nilai-nilai ajaran Mangkunagoro VI yang bisa dipetik selama berjuang melawan Belanda. Mangkunagoro VI tidak disemayamkan di makam para raja karena ingin dekat dengan masyarakat dan Nusukan merupakan lokasi berlindung dari serangan Belanda.

Pendapa Papandayan dipindahkan ke Nusukan pada 2010. Tapi ketika itu pengurus yayasan belum terbuka kepada masyarakat. Baru pada 2012 Kompleks Astana Oetara Nayu mulai populer untuk kegiatan masyarakat sejak kirab budaya Grebeg Astana Utara.

Hasil Real Count Pilkada Sukoharjo Versi Joswi: EA Unggul Sangat Tipis, Ini Angkanya

“Banyak warga setempat memakai pendapa untuk kegiatan budaya dan wisatawan datang ke sini. Sebelum pandemi Covid-19 ada agenda rutin untuk melestarikan budaya. Anak muda ada yang terlibat,” ungkapnya.

Ia mengatakan warga Nusukan melakukan kegiatan macapat setiap malam Jumat Kliwon. Komunitas lain menggelar laras madya setiap Jumat Legi pada pendapa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya