SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Madiunpos.com, PONOROGO – Nama “Desa Penari” mendadak hits setelah cerita horror berjulu “KKN di Desa Penari” viral di media sosial. Banyak yang bertanya, apa benar ada “Desa Penari”. Ternyata memang ada, tepatnya di Ponorogo.

Tapi tunggu dulu.. “Desa Penari” di Ponorogo tidak ada kaitannya dengan cerita mistis yang menceritakan pengalaman enam mahasiswa bernama Bima, Wahyu, Anton, Widya, Nur, dan Ayu, tersebut.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Seperti dikutip dari detik.com, Ponorogo memiliki kesenian tradisional reog tak bisa lepas dari seni tari. Pemain dalam pertunjukan Reog mulai dari jathil, warok, kelono sewandono, bujang ganong dan pembarong memiliki gerakan tarian yang istimewa.

Desa Sumoroto, Kecamatan Kauman, Kabupaten Ponorogo disebut-sebut sebagai lokasi Kerajaan Bantarangin dan diyakini sebagai pencetus kesenian Reog. Di sana terdapat Monumen Bantarangin sebagai pengingat Sumoroto sebagai petilasan sebuah kerajaan. Dengan keyakinan tersebut, masyarakat Sumoroto memiliki semangat untuk terus melestarikan Reog.

Alunan musik reog tampak menggema di sudut Sanggar Kelas Seni Sabuk Janur yang berada di Desa Sumoroto. Puluhan murid dari berbagai usia tampak serius berlatih mengikuti arahan dari sang koreografer, Wisnu Hadi Prayitno.

“Tahun 1980-1990an, Sumoroto dikenal sebagai ‘gudangnya’ warok dan pembarong [penari pembawa dadak merak],” kata seniman sekaligus penggiat budaya Reog, Wisnu, kepada Senin (9/9/2019).

Wisnu berkeyakinan setiap desa atau kelurahan di Ponorogo memiliki penari. Menurutnya, Ponorogo yang terdiri atas 307 desa/kelurahan layak disebut sebagai Kota Penari.

“Dengan keyakinan tersebut, masyarakat Ponorogo bisa terus tekun berlatih demi menjaga kelestarian Reog di masa mendatang,” katanya.

“Sumoroto dikenal sebagai punjer (pusat) Reog, di sini ada penari, seniman sekaligus perajin Reog. Sumoroto bisa disebut sebagai ‘Desa Penari’,” imbuh Wisnu.

Sementara pemilik Sanggar Kartika Puri, Sudirman, juga mengatakan hal serupa. Sanggar yang berdiri sejak 1995 itu sudah mencetak beberapa generasi. Bahkan beberapa di antaranya ada yang menjadi pelatih dan penari profesional.

“Kami fokus di kesenian tari tradisional Ponorogo serta tari kreasi lain. Semua terus berkembang,” kata Sudirman.

Secara rutin setiap Sabtu dan Minggu, puluhan anak didiknya rutin berlatih. Apalagi jika ada event yang akan diikuti, latihan akan semakin rutin.

“Kami ingin mencetak kader di bidang seni tari tradisional Reog Ponorogo. Baik itu jathil, warok, bujangganong maupun kelono sewandono,” pungkasnya.

“Desa Penari” menjadi teka-teki setelah kisah mistis “KKN di Desa Penari” diceritakan akun Twitter @SimpleM81378523. Ada 14 mahasiswa-mahasiswi yang menggelar KKN di Kota B, Jawa Timur, pada 2009 akhir. Mereka merupakan mahasiswa-mahasiswi angkatan 2005/2006 dari sebuah perguruan tinggi di Kota S.

Enam mahasiswa-mahasiswi di antaranya disamarkan dengan nama Ayu, Nur, Widya, Wahyu, Anton, dan Bima. Dua di antaranya meninggal setelah melewati seabrek hal mistis di tempat KKN tersebut. Desa Penari yang diceritakan begitu erat berkaitan dengan hal-hal mistis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya