SOLOPOS.COM - Ilustrasi prostitusi. (Freepik.com)

Solopos.com, SEMARANG — Keputusan pemerintah untuk membubarkan sejumlah tempat prostitusi atau lokalisasi rupanya memberi efek bumerang dalam penanganan kasus HIV/AIDS di Indonesia, tak terkecuali di Jawa Tengah (Jateng). Dibubarkannya sejumlah lokalisasi itu membuat petugas Dinas Kesehatan (Dinkes) seperti kesulitan dalam memetakan populasi kunci penularan HIV/AIDS.

Seperti halnya yang dialami petugas Dinkes Jateng. Dinkes Jateng tidak menampik, akibat pembubaran tempat prostitusi, pihaknya menjadi terkendala dalam memetakan populasi kunci penularan HIV/AIDS menyusul dibubarkannya sejumlah tempat prostitusi di Jateng. Alhasil, target estimasi temuan kasus HIV dan AIDS di Jateng pun tidak sesuai ekspektasi. Dari estimasi penderita HIV dan AIDS sebanyak 52.677 orang, saat ini baru ditemukan sekitar 83,4 persen atau 43.393 penderita.

Promosi Pelaku Usaha Wanita Ini Akui Manfaat Nyata Pinjaman Ultra Mikro BRI Group

Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Jateng, Rahmah Nur Hayati, mengatakan pembubaran lokalisasi memang menjadi kendala. Kondisi itu pun membuat pihaknya harus menyisir kasus HIV dan AIDS secara lebih jeli dengan menggandeng sejumlah komunitas untuk memperluas jangkauan pelayanan tes.

Ekspedisi Mudik 2024

“Memang [pembubaran lokalisasi] menjadi kendala dalam pelayanan tes HIV. Banyak di antara mereka [penderita] yang menyebar ke mana-mana yang dikhawatirkan, sehingga kita harus melakukan pendekatan dengan LSM penjangkau atau key person di masing-masing komunitas, seperti LSL [laki suka laki], waria, maupun pekerja seks,” jelas Rahma kepada Solopos.com, Kamis (17/11/2022).

Rahmah pun menambahkan, bila akses kesehatan untuk penderita HIV dan AIDS di Jateng sebenarnya sangat terjangkau. Penderita bisa mendapatkan layanan di sejumlah fasilitas layanan kesehatan (fasyankes) seperti puskesmas, rumah sakit, hingga klinik di sejumlah kabupaten/kota. Meski demikian, banyak penderita HIV dan AIDS belum banyak yang memanfaatkan karena beberapa alasan seperti malu, takut dikucilkan, dan lain-lain.

Baca juga: Penderita HIV & AIDS di Jateng Diperkirakan 52.677 Orang, Baru 83% Ditemukan

Kendati demikian, Rahmah menilai saat ini tingkat kesadaran masyarakat akan bahaya penyakit HIV dan AIDS sudah cukup tinggi. Banyak yang secara mandiri melakukan tes HIV dan AIDS karena khawatir orang terdekatnya tertular.

“Tes HIV selain kesadaran atau sukarela masyarakat dan individu, juga karena petugas sudah banyak yang dilatih. Petugas kesehatan bisa inisiatif meminta pasien datang ke rumah sakit atau puskesmas baik untuk menjalani rawat jalan maupun inap. Misal ada pasien TB dites HIV, pasien hepatitis juga dites HIV, dan lain-lain,” jelasnya.

Sementara itu, berdasarkan data Dinkes Jateng, sepanjang tahun 2022 ini sudah ada 3.077 penderita baru HIV dan AIDS yang ditemukan di 35 kabupaten/kota di Jateng. Perinciannya, 2.163 merupakan penderita HIV dan 913 orang penderita AIDS.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya