SOLOPOS.COM - Ilustrasi Cold Storage. (pwcold.com).

Solopos.com, SOLO — Program rantai pasokan logistik pendingin atau cold chain menjadi ladang cuan baru bagi pengusaha logistik di Indonesia.

Mengingat, sangat dibutuhkan bagi sejumlah usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) pangan di sejumlah wilayah.

Promosi Kinerja Positif, Telkom Raup Pendapatan Konsolidasi Rp149,2 Triliun pada 2023

Kepala Bidang Cold Chain dari Perkumpulan Pelaku Logistik Indonesia (PPLI), Budi Sukma Sanjaya, mengatakan PPLI sebagai salah satu kelompok usaha logistik di Indonesia tengah membangun ekosistem logistik pendingin yang handal dan efisien.

Hal tersebut dia sampaikan dalam seminar UMKM Maju Hingga Pelosok Negeri di Hotel Sahid Jaya Solo, Senin (5/6/2023), yang merupakan rangkaian road show PPLI pada 2023.

“Tahun 2022 PPLI berdiri dan kini salah satu fokus kami adalah bidang cold chain ini. Misi kami antara lain memberi manfaat untuk logistik UMKM dan pangan di Indonesia, menumbuhkan solidaritas antar anggota menghadapi isu dan tantangan logistik, dan berkolaborasi dgn berbagai pihak untuk memajukan logistik pendingin termasuk sarana, SDM, dan aturannya,” ujar Budi saat menjadi narasumber seminar tersebut, Senin (5/6/2023).

Dia menambahkan road show digelar di Solo setelah sebelumnya di Surabaya. Selanjutnya PPLI akan meneruskan road show ke Bandung, Bali, dan Yogyakarta.

Budi menjelaskan PPLI memiliki komitmen besar dalam membangun jaringan logistik cold chain di Indonesia, termasuk menentukan rute pengiriman.

Pada tahun pertama, PPLI berhasil membangun rute pengiriman Less Truck Load (LTL) Jakarta – Sumatra – lintas timur dan tengah untuk barang2 ritel.

Budi mengatakan pada tahun pertama juga sudah dibuka pengiriman jalur Jakarta Sumatra lintas timur dan selatan. Juga jalur Jakarta – Pantura Jawa – Surabaya – Bali. Jakarta – Surabaya – Makassar – Batam – Banjarmasin – Balikpapan – Pontianak.

Dia mengatakan target PPLI pada tahun kedua yakni ingin membuka LTL Jawa Selatan: Jakarta – Yogyakarta – Surabaya dan membuka Less Container Load (LCL) Kalimantan dan Nusa Tenggara.

Tahun ketiga, mereka menargetkan seluruh Jawa, Sumatra, dan Bali terlayani dan LCL Maluku serta seluruh pesisir Papua.

Secara umum, LCL berbeda dengan LTL. LCL merupakan pengiriman barang dengan banyak pengirim dalam satu container yang diatur sampai mencapai kapasitas penuh container tersebut.

Sementara itu LTL hampir mirip dengan LCL tetapi barang yang dikirim lebih sedikit yaitu memenuhi kapasitas truk saja. Kedua sistem ini cocok bagi UMKM yang mengirimkan pesanan dalam jumlah kecil.

Ketua PPLI, Dedi Harris, mengatakan pengusaha logistik merasa perlu membentuk kelompok usaha sejak Covid-19.

“Covid-19 banyak mempengaruhi logistik, tetapi menurut saya itu titik balik juga karena bermunculan UMKM terutama makanan yang kemudian membutuhkan jasa logistik. Sebagai pengusaha kami harus cepat melihat peluang ini,” ujar Dedi saat diwawancara Solopos.com, Senin.

Dia mengatakan, PPLI menyiapkan titik-titik penyaluran di Jogja, Solo, dan Semarang (Joglosemar) agar pengusaha tidak bingung ke mana rute pengiriman.

Pengiriman tidak hanya untuk produk kering tapi juga barang frozen (pengiriman berpendingin). Anggota PPLI akan membantu pengiriman ke luar kota, luar pulau, atau antar daerah.

Menurutnya, tantangan logistik saat ini adalah infrastruktur serta masih banyaknya jalan rusak di sejumlah daerah. Dedi berharap pemerintah bisa berikan infrastruktur yang terbaik agar membantu usaha logistik.

Tantangan selanjutnya adalah konsumsi solar. Menurutnya, solar di Jawa merata, tetapi di luar Jawa BBM sering terlambat. Pengusaha logistik sangat mendukung harga BBM dinaikkan, tetapi pengiriman dan pendistribusiannya jangan sampai terlambat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya