SOLOPOS.COM - Ilustrasi logat. (freepik)

Solopos.com, SOLO—Indonesia merupakan surga bahasa. Salah satunya adalah keberagaman bahasa.

Berdasarkan Laboratorium Kebinekaan Bahasa dan Sastra yang dikutip dari Tempo.com pada 28 Oktober 2021, Indonesia memiliki 718 bahasa daerah. Bahasa-bahasa yang beragam ini merupakan cerminan dari kekayaan bangsa yang harus terus dipupuk agar lestari sepanjang hayat.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kita semua tentu paham bahwa perkembangan zaman dapat menjadi salah satu faktor yang memicu tergesernya sebuah budaya, termasuk terlupakannya bahasa daerah. Sedikit cerita, saat kuliah dulu, saya pernah menemui dan merasakan langsung keberagaman bahasa di tiap daerah.

Saya yang merupakan orang Jawa Tengah melanjutkan pendidikan di Universitas Negeri Malang di Jawa Timur. Saat pertama saya menginjakkan kaki di Kota Apel Malang, keberagaman mulai terasa.

Saya mulai merasakan beraneka ragam adat, pakaian, dan kebiasaan khas orang Jawa Timur. Menurut saya, yang jelas paling terasa adalah logat bahasa.
Orang Jawa Timur terstigma dengan tutur kata yang kasar. Namun, menurut saya, tidak demikian. Berbeda dialek antara satu daerah dengan daerah yang lain adalah hal yang wajar.

Perlu penyesuaian agak lama bagi saya pribadi, terlebih saya minder dengan perlakuan teman-teman saya di kampus yang menjadikan perbedaan tutur kata sebagai bahan perpeloncoan. Contohnya, bahasa sehari–hari saja dipermasalahkan di sana.

Saya lantas bertanya apakah ada yang salah atau ada yang lucu dari bahasa Jawa yang saya pakai? Namun, tidak apalah. Meskipun saya merasa sedikit kesal dengan perlakuan mereka terhadap saya, namun saya bisa menghadapinya. Saya beri contoh logat bahasa yang sering mereka lontarkan. “Hai, sudah selesai belum?“ Itu adalah contoh ucapan dalam menggunakan bahasa Indonesia.

Nah, dalam bahasa Jawa menjadi: “E.. wis rampung urung?” Begitu saya berbicara. Agak berbeda dengan yang diucapkan kawan saya. Teman-teman satu kampus saya yang sebagian besar masyarakat Jawa Timur akan mengatakan: “Woi wis mari urung?”

Kata mari itu yang membuat bahasa dialek Jawa Timur dengan Jawa Tengah berbeda. Mari dalam bahasa Jawa Timur artinya selesai, sementara mari dalam bahasa Jawa Tengah artinya sembuh.

Mengutip dari khazanah Antropologi 1, tirto.id, dialek adalah variasi bahasa yang berbeda menurut pemakaian bahasa dari suatu daerah tertentu, kelompok sosial, atau kurun waktu tertentu. Dialek suatu daerah dapat diketahui berdasarkan tata bunyi yang diucapkan.

Perbedaan dialek terdapat pada seluruh aspek bahasa, yaitu fonologi, ejaan dan lafal, morfologi dan sintaksis, kosakata dan peribahasa (idiom), serta pragmatik (penggunaan bahasa).

Keberagaman dialek dan arti bahasa antara daerah yang satu dengan daerah yang lain sebenarnya indah. Kita bisa melihat keindahannya apabila kita menyikapinya dengan baik dan benar. Keberagaman akan menjadi keunikan karena logat atau dialek merupakan identitas setiap daerah. Bayangkan betapa banyaknya identitas kita dalam satu kesatuan Indonesia.

Penulis adalah guru di SMKN 2 Klaten.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya