SOLOPOS.COM - Petugas Satlantas Polres Demak melaksanakan operasi penyekatan PPKM Darurat di Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Selasa (6/7/2021). Polres Demak secara berkala melakukan operasi penyekatan di sejumlah titik jalan protokol dan pemeriksaan kelengkapan syarat melintas luar kota sesuai aturan PPKM Darurat Jawa-Bali guna menekan lonjakan kasus Covid-19. (Antara/Aji Styawan)

Solopos.com, SOLO – Konsep lockdown pada hakikatnya sudah ada sejak lama untuk menangani situasi darurat kesehatan. Apalagi sepanjang sejarah umat manusia, wabah berskala besar berkali-kali terjadi.  Pengertian lockdown lebih kurang adalah pengamanan terhadap adanya ancaman dengan cara menutup akses dari dalam maupun luar, memberlakukan pembatasan ketat pada perjalanan, interaksi sosial, dan akses ke tempat umum. Penerapan lockdown berfungsi untuk menekan penyebaran virus. Seperti laporan news 18 dan RFI, Selasa  (6/7/2021) , tanpa vaksin yang belum tersebar secara merata dan belum adanya obat terapeutik untuk melawan Covid-19, kebijakan untuk mengambil langkah penerapan lockdown dan karantina menjadi tindakan yang paling menonjol  untuk mengatasi pandemi.

Menurut John Henderson, profesor sejarah renaisans Italia di  University of London, langkah-langkah penguncian oleh banyak negara saat ini memiliki banyak kesamaan dengan tindakan  Italia saat memerangi wabah pes di Florence pada 1630-1631. Salah satunya adalah proses contact tracing dan find patient zero. “Itu salah satu ciri dari banyak catatan tentang wabah yang terjadi di Italia. Mereka mencoba mengidentifikasi orang pertama yang membawa wabah ke kota atau negara bagian dan mencoba melacak  semua orang yang menjalin kontak langsung. Setelah itu mereka menerapkan lockdown selama empat puluh hari di rumah mereka atau di tempat isolasi. Hal ini kurang lebih sama dengan cara penanganan pandemi Covid-19 yang sedang terjadi saat ini,” tambah Henderson.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Nabi Muhammad SAW juga mengajarkan cara menghadapi wabah atau yang biasa disebut tha’un. Rasulullah menyatakan jika ada suatu daerah sedang mengalami wabah penyakit, maka orang dari luar tidak boleh masuk ke sana. Sebaliknya, orang dari wilayah yang sedang mengalami wabah itu juga tidak boleh keluar atau pergi meninggalkan wilayah itu. Secara medis, hal ini terbukti sebagai cara untuk mencegah penularan yang lebih luas akibat orang yang datang atau meninggalkan wilayah wabah.

Berikut ini sejumlah langkah lockdown untuk pengendalian pandemi yang pernah terjadi di dunia.

Wabah Black Death (1346-1353)

Ada anggapan langkah-langkah untuk mengurangi dampak wabah Black Death yang melanda Eropa pada kurun waktu 1346-1353 merupakan upaya penerapan lockdown pertama  oleh pemerintah atau penguasa. Pemerintah sejumlah kerajaan dan wilayah di Italia misalnya, saat itu memberlakukan kebijakan untuk membatasi pergerakan warganya serta membatasi akses transportasi dan tempat umum. Pada saat itu pelabuhan laut Italia juga menolak menerima kapal yang datang dari negara lain karena takut akan serangan wabah baru.  Wabah Black Death akhirnya membunuh sekitar 25 juta orang di seluruh dunia.

Pandemi Flu Spanyol (1918 – 1920)

Virus ini menyebar pada abad  ke-20 dengan   kematian pertamanya yang tercatat di Inggris pada tahun 1918.  Virus ini menyebar saat Perang Dunia I sedang berlangsung. Penyebarannya berlangsung cepat di antara tentara, pekerja pabrik, dan orang-orang yang menggunakan  transportasi umum. Langkah pencegahan antara lain adalah dengan perintah untuk mengenakan masker. Sekitar 50 juta orang di seluruh dunia meninggal karena terkena flu Spanyol.

Wabah SARS (2002-2004)

Penyakit mematikan  yang disebut sebagai virus Sindrom Pernafasan Akut Berat (SARS) terdeteksi di China, dan kemudian menyebar ke berbagai belahan dunia. Meski penanganan penyakit itu relatif cepat, upaya pemberantasannya antara lain dengan lockdown di berbagai wilayah oleh pemerintah China. Ada penutupan lalu lintas dan orang tidak boleh keluar rumah. Dalam kurun waktu 2 tahun, wabah ini menewaskan 774 orang di seluruh dunia, dan 349 orang di China.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya