SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, JAKARTA – Captain Vincent Raditya akhirnya memberikan tanggapan atas video soal pencabutan izin terbang untuk pesawat single engine. Hal tersebut berkenaan dengan prank zero gravity yang dilakukan olehnya kepada Limbad 16 April 2019 lalu.

Captain Vincent Raditya membenarkan jika izin terbangnya telah dicabut sejak 20 Mei 2019 oleh Kementrian Perhubungan. Melalui video di channel YouTubenya, Vincent meminta maaf atas apa yang dilakukan olehnya dianggap menyalahi aturan penerbangan juga membahayakan nyawa seseorang.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Jujur saya tidak berniat untuk membuat channel ini untuk niat tidak baik. Dari awal niat channel ini untuk memperkenalkan dunia penerbangan ke kalian semua, mengedukasi, memotivasi dan menghibur masyarakat mengenai dunia penerbangan,” ujar Vincent dalam video yang diunggah di akun Youtube, Rabu (28/5/2019).

Ekspedisi Mudik 2024

Atas sanksi yang diberikan, Captain Vincent kini tidak bisa lagi mengoperasikan pesawat single engine. Ia pun menerima dengan lapang dada tanpa adanya sedikitpun pembelaan atas polemik yang sebenarnya berawal dari kebuah keinginan untuk memperkenalkan dunia penerbangan kepada orang awam.

“Saya percaya bahwa saya seseorang yang mampu untuk berkreativitas diri tanpa adanya konten penerbangan itu. Tapi satu hal, bagi saya, kematian itu adanya di tangan Tuhan, termasuk pula rezeki dan hidup seseorang,” jelas Vincent.

Capt. Renato, Inspektur Operasi Penerbangan DKPPU menjelaskan alasan Kemenhub mencabut izin tersebut kepada captain Vincent Raditya. Setidaknya ada tiga aturan yang dilanggar olehnya.

“Capt Vincent Raditya pada saat mengoperasikan pesawat Cessna 172 registrasi PK-SUY dengan membawa penumpang yang duduk di samping Pilot (Hot Seat), tidak menggunakan shoulder harness,” ujar Renato dalam video yang diunggah Cameo Project (27/5/2019).

Selain tidak menggunakan sabuk pengaman, captain Vincent juga memberikan kendali pengemudi kepada penumpang hingga melepas dua tangan. Terakhir yang paling fatal adalah melakukan G Force (kondisi di mana tubuh mengalami guncangan gravitasi) terhadap orang awam.

“Harusnya itu dilakukan kepada seseorang yang ingin belajar, bukan kepada sembarang orang,” jelas Renato.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya