SOLOPOS.COM - Ujian di salah satu sekolah di Jogja (JIBI/Harian Jogja/Dok)

Siswa SMA "17" Jogja mengikuti ujian di sekolahnya beberapa waktu lalu (JIBI/Harian Jogja/Gigih M. Hanafi)

Practice makes perfect. Ungkapan dalam bahasa Inggris yang bermakna pentingnya latihan berulang-ulang untuk mencapai kemampuan sempurna itu menjadi kayakinan di belakang persiapan Ujian Akhir Nasional (UAN).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Siswa terus digenjot latihan berupa try out berulang kali demi kelulusan melawati ujian. Namun, latihan itu bukan tanpa kelemahan. Sejumlah siswa merasa jenuh, pusing, kelelahan dan tertekan gara-gara kebanyakan try out.

Fitria Rahmadani, salah satu siswi SMK Negeri 2 Pengasih mengakui try out  pada dasarnya memiliki tujuan positif. Namun, kadangkala, dirinya merasakan jenuh dengan padatnya jadwal. ”Apalagi menjelang ujian. Membosankan sekali,” keluhnya pekan lalu.

Hal itu dipertegas Retno Kusumahadi. Salah seorang guru sekolah negeri yang tidak bersedia menyebutkan nama sekolahnya tersebut mengatakan try out yang berlebihan dan terlalu padat justru hanya akan membuat siswa stres. ”Siswa bukannya terlatih, tapi jenuh dan lelah duluan sebelum ujian yang sebenarnya,” ujarnya.

Melelahkan

Sejak duduk di bangku kelas XII, 228 murid SMAN 2 Bantul telah mengikuti try out paling tidak sebanyak 10 kali. Enam try out diselenggarakan sekolah, tiga try out oleh Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MMKS) Bantul, satu try out oleh MMKS Provinsi DIY, dan satu try out lagi yang akan digelar Pemerintah Kabupaten Bantul pada 2 April mendatang.

“Selain itu, masih ada beberapa try out yang digelar oleh lembaga pendidikan swasta,” imbuh Sunarti, guru Fisika SMAN 2 Bantul.

Sepanjang try out yang bertubi-tubi itu, Sunarti mengungkapkan, sebagian besar siswanya berhasil meraih hasil cukup memuaskan. Namun, ada juga sebagian siswa yang memperoleh hasil yang masih di bawah standar minimal syarat kelulusan. “Terutama yang di kelas IPA. Ada sekitar 30 persen siswa yang hasilnya masih kurang bagus,” jelas dia.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan hasil try out sebagian siswa kurang memuaskan. Salah satunya, try out kerap dilaksanakan seusai jam sekolah.

Masalah itu diamini Kristanta Galih Putra, salah satu murid kelas XII IPS 3.

“Sudah capek mengikuti pelajaran dari pagi, siangnya masih disuruh mengerjakan soal-soal try out, tanpa try out pun, kami sudah lelah karena ada les tambahan siap Senin sampai Rabu” ujar murid asal Caturharjo, Bantul itu.

Di Sleman, beberapa sekolah mengadakan tes pendalaman materi dengan memberikan tambahan jam pelajaran untuk kelas IX dan XII. Hal ini dilakukan agar siswa kelas yang akan menghadapi ujian bisa lebih siap. Namun, sebagian siswa menganggapnya terlalu berat. Seperti yang diungkapkan Awang Wicaksono, siswa kelas IX F SMPN 3 Sleman.

“Dua minggu sekali pasti ada tes pendalaman materi pada jam ke nol [sebelum jam pelajaran]. Saat pelajaran kami sudah pusing duluan,” kata Awang.

Teman sekelas Awang, Elli Retno Putri mengaku biasanya pelajaran lain kerap dilupakan karena dia sibuk mempersiapkan ujian nasional.

Keberatan juga dirasakan siswa yang ikut bimbingan belajar. Anita Dwi Puspitasari siswa kelas IX D SMPN 3 Sleman mengikuti tambahan pelajaran di lembaga bimbingan belajar dan selalu mengikuti try out tiap hari Minggu.

Wakil Kepala Sekolah SMAN 1 Sleman Setiana mengaku memang akhir-akhir ini menerapkan tambahan pelajaran untuk murid kelas XII. Hal ini agar murid lebih siap dalam menghadapi UAN mendatang.

“Sebenarnya kasihan melihat siswa harus memeras otak. Namun ini demi kesiapan mereka sendiri dan agar mereka bisa tekun untuk membuka buku lagi,” tandas Setiana.

Sementara, pengalamam menarik diungkapkan Nur Cholifah, 15, siswi kelas X MAN 5 Jogja. Ifa bersyukur sekolahnya memberi kelonggaran waktu sehingga try out tidak menjadi hal yang membosankan baginya.

“Untung sekolahku tidak seperti sekolah lain yang harus mewajibkan datang di jam ke nol. Try out juga enggak sering-sering banget. Sekolah mengerti kalau muridnya banyak yang ikut kes tambahan di luar,” paparnya.

Ujian di salah satu sekolah di Jogja (JIBI/Harian Jogja/Dok)

Motivasi

Akan tetapi, sekolah tak tutup mata dengan persoalan itu. Pembantu Wakil Kepala SMAN 2 Bantul Bidang Kurikulum Puji Harjono juga mengungkapkan tidak menutup kemungkinan siwa bakal jenuh karena dicecar serentetan try out.

“Jauh hari sebelumnya ada kegiatan achievement motivation training. Siswa diberi motivasi agar tetap semangat menghadapi try out,” kata pengampu mata pelajaran Akuntasi dan TIK itu, Jumat (16/3) siang.



Kepala Sekolah SMP N 1 Jogja Mas’udi Asy mengatakan sebagai pendidik ia berusaha terus memotivasi siswa. “Kami berusaha menjelaskan kepada siswa jika motivasi bukan dari diri sendiri lalu dari siapa,” ungkap dia.

Guru Bimbingan Konseling SMP N 1 Jogja, Tri Sakti menyampaikan untuk menghindari kejenuhan bagi siswa, dia selalu berusaha membuka pintu. Bahkan, Tri pun memiliki jam pelajaran khusus masuk ke kelas-kelas. Dengan pendekatan secara personal ini diharapkan perkembangan siswa per siswa dapat teratasi.

”Di kelas, sharing dilakukan dengan permainan, membuat puisi dan sebagainya. Sesekali ada juga yang mencurahan isi hari atau menangis. Tapi setelah itu jadi los dan kembali termotivasi,” terang dia.

Kepala Sekolah SMA Gama Untung Sudarmaji mengatakan program jelang UAN memiliki manfaat besar bagi kemampuan siswa. Kepercayaan diri murid juga semakin terbangun karena terbiasa menemui soal-soal yang mendekati UAN.

“Tapi semakin mendekati UAN seperti ini, kami lihat motivasi mulai menurun,” jelasnya saat ditemui di ruang kerjanya, Jumat (16/3).

Hal ini terlihat dari nilai try out yang justru cenderung menurun daripada tes sebelumnya. Bahkan ada sebagian siswa yang sekedar masuk kelas, tetapi tidak mendengar ajaran dari guru.

Pengukur

Bagiamanapun, latihan mengerjakan soal-soal ujian sangat penting. Tono Suswantoro, salah satu siswa SMAN 1 Wates mengatakan try out bisa dipakainya sebagai media pengukur sejauh mana dirinya menguasai materi akademik.

Selain itu, menurutnya, try out tersebut juga bisa dimanfaatkannya sebagai trik untuk membaca kemungkinan jenis soal yang akan keluar saat ujian sebenarnya. “Namanya saja latihan mengerjakan soal. Sambil berlatih, juga bisa memetakan seperti apa kira-kira nantinya soal yang bakal keluar,” tukasnya.

Lain halnya dengan pendapat sebagian siswi kelas IX SMP N 1 Bantul. Mutia Sahida, siswi kelas IX E menuturkan, padatnya jadwal try out justru membuat dirinya kian optimis dalam menyongsong UAN. “Kami jadi lebih siap dalam mengerjakan soal yang bervariasi modelnya,” kata siswi asal Wijirejo, Pandak itu.

Wakil Kepala SMP N 1 Bantul Bidang Humas, SDM dan Sarpras, Harjana menjelaskan, padatnya jadwal try out serta tambahan jam ekstrakurikuler pengayaan empat mapel utama dinilai tidak terlalu membebani murid SMP N 1 Bantul. Sebab, jadwal padat hingga sore hari sudah jadi makanan sehari-hari bagi murid di sekolah yang menyandang status rintisan bertaraf internasional itu.

Sementara, siswa kelas XII IPA 1 SMAN 1 Sleman Rifki Haryadi menganggap banyak mengerjakan soal membuatnya malah lebih tenang. Siswi kelas XII IPS 1 SMAN 1 Sleman Kurnia Ratna Ningsih mengatakan tidak keberatan dengan banyaknya latihan soal. Bahkan, jika diperlukan dia ingin setiap hari ada latihan soal untuk UAN.

“Kalau tiap haria ada latihan soal pasti menyenangkan karena bisa diingatkabn untuk belajar tiap hari. Sebab saya sering nggelendot kalau urusan buka buku,” kata Ratna. (dic)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya