SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

TEMUKAN MIKROBA--Anggota DPRD Jateng, Subandi Pr (kanan) dan dua peneliti LIPI, Prof Dr Eko Baroto Wakidi (tiga dari kanan) dan Dr rer Nat Sarijiya Antonius (empat dari kanan) ikut memanen padi milik Sardi, warga Nambangan, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri, Sabtu (15/10/2011). (JIBI/SOLOPOS/Trianto Hery Suryono)

Wonogiri (Solopos.com)–Dua peneliti asal Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menemukan dua mikroba di Wonogiri pada dua tempat terpisah.

Promosi Tragedi Simon dan Asa Shin Tae-yong di Piala Asia 2023

Mikroba pemusnah plastik ditemukan di Desa Gambirmanis, Kecamatan Pracimantoro dan mikroba perombak bahan kimia dan pestisida carbonat di Desa Nambangan, Kecamatan Selogiri.

Dua mikroba itu terus diteliti dan akan dikembangkan sebagai sahabat petani Indonesia. Pernyataan itu disampaikan, dua peneliti LIPI, Prof Dr Eko Baroto Wakidi dan Dr rer Nat Sarijiya Antonius seusai memanen padi semi organik milik Sardi, warga Nambangan, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri, di rumah anggota DPRD Jateng, Subandi Pr, Sabtu (15/10/2011).

Prof Eko di hadapan pengurus Asosiasi Pupuk Organik (APO) Wonogiri, petani asal Semarang dan anggota DPRD Wonogiri menceritakan, penelitiannya di Desa Gambirmanis beberapa tahun lalu menemukan mikroba penghancur plastik.

“Waktu itu, kami mengembangkan tanaman di polybag di Desa Gambirmanis, Pracimantoro. Lahan di Gambirmanis tergolong kering sehingga di musim kemarau kebutuhan air bersih sangat kurang. Dari ujicoba polybag itu, akhirnya ditemukan mibroka penghancur plastik. Mikroba itu terus kami teliti,” ujarnya.

Alumni SMPN 2 Wonogiri ini berharap peneliti tidak puas disebut berada di menara gading.

“Seorang peneliti tidak hanya senang telah melakukan ujicoba dan menghasilkan karya. Di tengah kondisi global sekarang, hasil penelitian dari peneliti harus bisa diimplementasikan di masyarakat. Jadi seorang peneliti harus mampu menjadi motivator dan pendorong serta pendamping masyarakat.”

Dia berharap, mikroba asal Gambirmanis nanti bisa menjadi mikroba asli Indonesia. Ditambahkan oleh Dr rer nat, Sarjiya Antonius, pola tanam di Nambangan, Selogiri dengan mengurangi penggunaan pupuk kimia atau biyomik (bio organik) startmik sudah diterapkan di Malindo, Kaltim.

“Bahan baku pupuk organik itu berada di lingkungan petani, seperti ekstrak kecambah, tetes tebu, gula merah, tepung ikan, tepung kedelai, air kelapa, agar-agar dan bekatul. Penggunaan teknokogi itu berdampak tanah tidak tercemar.”

Sementara itu, petani asal Desa Nambangan, Selogiri, Sardi mengaku dirinya rela menjadi kelinci percobaan. “Kami menggunakan pola tanam semi organik. Pada MT III kami mengurangi pupuk kimia sekitar 30%, hasil panen padinya mencapai 11,93 ton/hektare.”

Dijelaskan oleh Sardi yang juga anggota DPRD Wonogiri ini, pada MT I dan II lalu penggunaan pupuk kimia sebanyak 6-8 kuintal/hektare.

“Kami hanya dua kali melakukan penyemprotan. Padahal sesuai standar penyemprotan harus dilakukan empat kali. Beaya produksi selama MT III senilai Rp 5 juta namun kami mendapatkan Rp 11,5 juta saat panen kemarin.”

(tus)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya