SOLOPOS.COM - Ilustrasi Bandros hasil pengembangan LIPI (Facebook.com)

Solopos.com, JAKARTA — Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mencoba mengembangkan sistem operasi telepon seluler (ponsel) asli Indonesia. Sistem operasi ponsel yang dilabeli nama Bandung Raya Operating System (Bandros) itu ditujukan komersial menyasar segmen korporat.

Kepala Pusat Penelitian Informatika LIPI L.T. Handoko menyebutkan pengembangan Bandros telah dimulai sejak 2006 bersamaan dengan sistem operasi IGOS Nusantara 2006. IGOS Nusantara ditujukan untuk laptop dan desktop, sementara Bandros untuk ponsel. Adapun, BandrOS menggunakan basis open source Linux.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Penyempurnaan Bandros kami lakukan selama 1 tahun belakangan. Segmen pasar korporat yang bisa menjadi pengguna seperti rumah sakit, kepentingan sensus dan pemilu, serta kegiatan intelijen,” ujar Handoko di sela-sela soft launching Bandros, bus, dan mobil listrik LIPI di Serpong, Senin (26/8/2013).

Handoko mengatakan, Bandros dapat digunakan untuk panggila darurat dan pelacak keberadaan pasien. Selain itu, untuk kepentingan internal perusahaan dan pemerintah. Dia mencontohkan, Bandros dapat digunakan untuk membantu sensus penduduk atau pemilu.

“Misalnya untuk rekapitulasi data pemilu, disebar ke TPS. Atau untuk pengisian data Keluarga Berencana [KB]. Kami juga ingin menyasar berbagai lembaga survei. Kami bisa membuat ponsel tidak bisa untuk berkomunikasi, hanya untuk ke call center sehingga tidak ada kekhawatiran dijual kembali.”

Untuk perangkat keras Bandros menggunakan pasokan dari PT. INTI yang sempat memproduksi komponen untuk vendor ponsel lokal yakni IMO. Selain itu, LIPI juga menggunakan perangkat keras impor dari China. Untuk harga, Handoko mengklaim mampu membuat ponsel Bandros dengan harga berkisar Rp350.000 hingga Rp500.000. Ada pun, harga akan disesuaikan dengan kebutuhan klien.

Selain menyediakan perangkat keras dan lunak, LIPI juga menyediakan jasa server untuk menampung data klien. Saat ini LIPI memiliki pusat data di Cibinong. Jika klien membutuhkan, LIPI mampu menyediakan server untuk menampung jumlah data yang lebih banyak.

“Yang akan kami pasarkan bukan ponsel dengan sistem operasinya saja, tetapi end to end enterprise solution. Kami dapat menyesuaikan kebutuhan konsumen dengan BandrOS,” tambah Handoko.

Adapun, pemilihan segmen pasar korporat dengan kebutuhan khusus, kata Handoko memiliki celah bisnis yang lebih luas daripada harus bersaing dengan ponsel multi purpose seperti bersistem operasi Android. Namun, saat ini solusi korporat ini belum dipasarkan oleh LIPI. Handoko menyebutkan pihaknya masih bernegosiasi untuk membahas pembagian royalti dengan pihak ketiga.

Pada peluncuran, LIPI memamerkan prototipe ponsel pintar berbasis Bandros dengan menggunakan prosesor MTK 6575-Cortex A9 1GHz yang sudah mampu menggunakan jaringan GSM. Tak hanya itu, prototipe ini menggunakan layar sentuh, dual SIM, dan kamera 2 MP. LIPI membagikan 15 prototipe kepada pada pimpinan kementerian dan lembaga yang hadir.

“Penelitian BandrOS sebelumnya dianggarkan Rp250 juta. Namun, kami hanya menghabiskan Rp50 juta,” ujar Handoko.

Selain Bandros, saat ini Pusat Penelitian Informatika LIPI menyiapkan aplikasi early warning system (EWS) untuk bencana alam seperti tsunami. Aplikasi ini bersifat open source dan nantinya dapat digunakan pada sistem operasi manapun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya