SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Semarangpos.com, JEPARA — Kopi hasil produksi petani Desa Tempur, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah dinilai layak masuk pasar nasional karena kualitasnya cukup baik. Penilaian itu disampaikan anggota Komisi VII DPR Daryatmo Mardiyanto yang berinisiatif mengajak Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) meneliti potensi kopi muria itu.

“Dilihat dari kualitas kopi saat dipanen, masih memungkinkan dikembangkan lagi agar nantinya juga bisa tembus pasar internasional,” kata Daryatmo Mardiyanto di Jepara, Jateng, Minggu (2/12/2018). Ia berkeinginan peneliti LIPI datang langsung ke Desa Tempur untuk melihat potensinya.

Promosi Cuan saat Ramadan, BRI Bagikan Dividen Tunai Rp35,43 Triliun

Inisiatif itu diambil Daryatmo karena dirinya sebagai anggota Komisi VII juga bermitra dengan LIPI. Menurut dia, kehadiran LIPI sangat penting untuk melakukan penelitian yang hasilnya bisa bermanfaat untuk masyarakat.

Ekspedisi Mudik 2024

Politikus PDIP itu ingin ilmu pengetahuan dan teknologi yang diterapkan menyeluruh mulai dari hulu hingga hilir, mulai dari urusan pra hingga pascapanen. “Hal itu penting untuk memberi nilai tambah dan menggenjot daya saing produk kopi Tempur,” ujar Daryatmo yang terpilih sebagai anggota parlemem dari Dapil II Jateng (Jepara, Demak dan Kudus itu.

Kegiatan pra yang dimaksudkan, misalnya urusan penggunaan pupuk organik hingga pascapanen seperti cara pengolahan dan pengemasan kopi. Daryatmo optimistis dengan sentuhan iptek, kopi asal Desa Tempur bisa tembus pasar nasional maupun pasar internasional sehingga kesejahteraan masyarakatnya juga bisa meningkat.

Luas lahan kopi di Desa Tempur mencapai ratusan hektare, di antaranya 360 ha lahan milik warga dan sekitar 200 ha lahan milik Perhutani yang digarap oleh Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) setempat. Ia juga mengapresiasi digelarnya Diseminasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi LIPI dengan tema Pemanfaatan Dan Penerapan Iptek Untuk Masyarakat yang digelar di Balai Desa Tempur, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara.

Kepala Pusat Penelitian Sistem Mutu dan Teknologi Pengujian LIPI, Agus Fanar Syukri, menganggap adanya sentuhan iptek memang berpotensi meningkatkan nilai jual kopi Tempur hingga beberapa kali lipat.  “Jika dijual dalam bentuk bahan mentah, tentunya hanya Rp20.000/kg. Setelah diolah dan dipasarkan di hotel, bandara atau tempat strategis lain, harga per cangkir kopi bisa mencapai Rp100.000,” ujarnya.     

Ketika menjadi komoditas ekspor, kata dia, keuntungannya tentu bisa meningkat lagi. Apalagi, kata dia, kopi tidak hanya bisa diolah menjadi minuman, namun bisa dalam bentuk produk lain. Rencananya, kata dia, tim LIPI akan berkunjung kembali ke Desa Tempur, Sabtu (8/12/2018) mendatang.

Petani kopi setempat akan diajari cara mengolah pupuk cair organik hayati hingga pengoperasian alat pengemasan hasil produk unggulan. Dengan pemanfaatkan pupuk organik, katanya, lebih ramah lingkungan serta bisa menekan biaya produksi, sedangkan teknologi pengemasan juga bisa diajarkan agar kopi lebih awet.

Kepala Desa Tempur Sutoyo mengakui hasil panen tanaman kopi di wilayahnya tergolong melimpah, namun petani masih membutuhkan sentuhan iptek agar hasil dan kualitasnya juga meningkat. Beberapa petani, lanjut dia, memang mulai merintis pengolahan kopi organik agar bisa tembus pasar nasional maupun pasar ekspor. 

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya