SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, JAKARTA — Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengatakan bahwa pesawat Lion Air PK-LQP yang jatuh di Tanjung Pakis, Karawang, Jawa Barat, pada Senin (29/10/2018) lalu sudah mengalami kerusakan teknis dalam empat penerbangan terakhir. Sebelumnya, manajemen Lion Air juga mengakui ada kerusakan pesawat itu dalam penerbangan sebelum JT-610.

Kepala KNKT, Soerjanto Tjahjono, mengatakan berdasarkan grafik flight data yang diunduh dari kotak hitam flight data recorder (FDR) diketahui bahwa indikator kecepatan atau airspeed indicator pesawat bermasalah.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Pada empat penerbangan terakhir ditemukan kerusakan pada penunjuk kerusakan di pesawat, istilahnya air speed indicator,” ujar Soerjanto dalam jumpa pers di Kantor KNKT, Jakarta, Senin (5/11/2018), dilansir Suara.com.

Ekspedisi Mudik 2024

Kerusakan air speed indicator kata Soerjanto sudah terjadi saat pesawat terbang dari Denpasar menuju Jakarta pada Minggu (28/10/2018) malam atau beberapa jam sebelum pesawat itu terbang dari Jakarta ke Pangkalpinang, Bangka Belitung. Pagi harinya, pesawat tersebut kembali terbang hingga terjadi kecelakaan.

“Maka kami melihat ada beberap data bahwa penerbangan dari Denpasar ke Jakarta ada masalah teknis, yang dimaksud teknis itu masalah air speed [indcicator]. Dari data black box dua penerbangan sebelum Denpasar juga mengalami itu,” ucap Soerjanto.

Sementara itu, Kepala Sub Komite Kecelakaan Penerbangan KNKT Nurcahyo Utomo mengatakan berdasarkan data yang diunduh, kerusakan air speed indicator Boeing 737 MAX 8 itu sudah terjadi dalam perjalanan ke Manado, Manado – Denpasar, Denpasar – Jakarta, dan akhirnya dalam penerbangan ke Jakarta – Pangkalpinang.

Kini, jelas Nurcahyo, pihaknya akan menyelidiki perihal catatan perbaikan pesawat tersebut. “Ini akan kita cari tahu lebih lanjut. Apa perbaikan yang dilakukan, apa yang buku [manual/referensi] yang digunakan, kemudian komponen mana yang dilepas, dan digantinya seperti apa,” lanjut dia.

Informasi dari KNKT ini seperti mengonfirmasi dugaan para ahli sebelumnya yang mengatakan bahwa Lion Air bernomor penerbangan JT 610 yang jatuh dan menewaskan 189 orang itu mengalami kerusakan pada air speed indicator.

Sebelumnya, dilansir Reuters, CEO Lion Air Edward Sirait mengakui adanya masalah teknis tersebut. Namun menurutnya hal itu sudah diatasi sesuai prosedur.

“Pesawat ini sebelumnya terbang dari Denpasar ke Cengkareng [Jakarta]. Ada laporan masalah teknis yang sudah diatasi sesuai prosedur,” kata Edward Sirait kepada wartawan, Senin, yang dilansir Reuters. Namun dia tidak menyebutkan lebih rinci tentang masalah teknis pada pesawat dengan nomor registrasi PK-LQP itu.

Situasi itu juga tergambar dari data penerbangan yang terekam di laman Flightradar24 menunjukkan pada Minggu (28/10/2018) pesawat ini menjalani penerbangan rute Manado-Denpasar dan Denpasar-Jakarta. Dari Manado, keberangkatan pesawat dengan nomor penerbangan JT775 ini mengalami delay dari jadwal pukul 06.40 Wita menjadi pukul 07.51 Wita. Dampaknya, pesawat ini juga terlambat tiba di Denpasar, dari jadwal semula pukul 09.10 Wita menjadi pukul 10.00 Wita.

Pada keberangkatan dari Denpasar menuju Jakarta, pesawat ini memakai nomor penerbangan JT43. Semula pesawat dijadwalkan berangkat pada pukul 07.30 Wita dan seharusnya tiba pukul 20.20 WIB. Namun, pesawat baru berangkat pada pukul 10.21 Wita dan baru tiba di Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng pada pukul 22.56 WIB.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya