SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

<p><strong>Solopos.com, SUKOHARJO</strong> — Limbah medis <a title="Karyawan RSIS Tuntut Gaji yang Diutang dan THR Dibayarkan" href="http://soloraya.solopos.com/read/20180604/490/920224/karyawan-rsis-tuntut-gaji-yang-diutang-dan-thr-dibayarkan">Rumah Sakit Islam Surakarta</a> (RSIS), Pabelan, Kartasura, Sukoharjo, menggunung di gudang bagian belakang berdekatan dengan perumahan warga. Limbah yang diwadahi tas kresek atau tas plastik ini dinilai rentan memicu berbagai penyakit jika tak segera ditangani.</p><p>Wakil Sekretaris Serikat Pekerja RSIS, Suyamto, yang ditemui wartawan di RSIS, Senin (4/6/2018), mengatakan ini terjadi akibat keuangan rumah sakit yang tak memungkinkan membayar pihak ketiga atau pengelola limbah. Saat kondisi normal, kata dia, limbah ini tidak menumpuk seperti sekarang ini.</p><p>&ldquo;Limbah infeksius ini biasanya paling lama satu pekan selalu diambil sehingga tidak menumpuk tidak seperti sekarang ini. Sekarang limbah ini sudah enam bulan lebih tidak diambil sehingga menumpuk seperti ini,&rdquo; ujar dia.</p><p>Menurut dia, penanganan limbah medis seperti bekas alat-alat operasi, jarum infus, alat suntikan dan sebagainya ini tak boleh sembarangan. Karena limbah jenis infeksius ini berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular (perawatan intensif) dan limbah laboratorium.</p><p>Dikhawatirkan jika tak segera ditangani limbah ini dapat menjadi sumber penyakit yang bisa menghinggapi petugas, pasien, pengunjung, maupun masyarakat sekitar. &ldquo;Pemusnahan sampah atau limbah medis semacam ini tidak boleh sembarangan. Petugas penghancur limbah harus mempunyai kualifikasi khusus,&rdquo; ungkap Suyamto.</p><p>Sementara itu, Direktur Utama RSIS, M. Djufrie, mengakui limbah medis RSIS sudah menumpuk beberapa bulan. Hal itu karena manajemen tak bisa membayar rekanan yang selama ini menjadi partner penanganan limbah. Konsekuensinya kontrak untuk pengambilan limbah diputus.</p><p>Hal ini mengakibatkan limbah medis di gudang yang berdekatan dengan permukiman warga dibiarkan menggunung. Djufrie mengaku belum bisa memberi kepastian kapan limbah medis itu bisa ditangani.</p><p>&ldquo;Sebenarnya sejak dua tahun terakhir ini jumlah pasien kami sangat menurun. Tetapi sampai sekarang kami tetap masih mencari penggantinya yang belum ada ini. Kami kira limbah tersebut tidak akan menularkan penyakit,&rdquo; papar dia.</p><p>Terpisah, salah seorang penghuni tempat indekos di dekat gudang penyimpanan limbah medis RSIS, Abdul Latif, 23, tak tahu limbah medis RSIS di seberang jalan indekosnya sudah sekitar enam bulan menumpuk tak dibuang. Terkait itu dia meminta limbah tersebut segera dibersihkan. &ldquo;Tentu saya khawatir nanti timbul penyakit,&rdquo; kata dia.</p><p>Salah seorang warga setempat, Sodik, 39, juga mengaku tak tahu adanya tumpukan limbah medis di RSIS. Gedung rumah sakit itu dikelilingi pagar tembok tinggi sehingga tidak bagian dalam tak kelihatan dari luar.</p><p>Kendati demikian, dia meminta limbah yang menumpuk segera dibereskan. Karena, kata dia, sampah rumah sakit biasanya ada limbah bekas operasi dan limbah-limbah lainnya, berbeda dengan sampah rumah tangga.</p><p>Meskipun dia mengaku belum mencium bau menyengat dari limbah itu, tetapi dia tetap khawatir kemungkinan dampak buruknya. &ldquo;Terus terang kami belum mencium bau menyengat. Tetapi kalau sewaktu-waktu muncul bibit penyakit bagaimana coba? Apalagi jarak pembuangan limbah dengan permukiman kan cukup dekat,&rdquo; ujar dia.</p><p><br /><br /></p>

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Ekspedisi Mudik 2024
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya