SOLOPOS.COM - Anggota Federasi Arung Jeram Indonesia (FAJI) Kota Solo bersama Korps Relawan Peduli Sungai (Karsa) Soloraya mengarungi Sungai Bengawan Solo di sekitar Taman Tempuran Jebres, Solo, Kamis (21/5/2021). (Istimewa/Dokumentasi FAJI Kota Solo)

Solopos.com, SUKOHARJO — Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sukoharjo angkat bicara terkait dugaan pencemaran air Sungai Bengawan Solo dari limbah ciu Bekonang, Mojolaban. Dugaan pencemaran dari limbah ciu ini bahkan mengganggu suplai air bagi 4.500 pelanggan PDAM Kota Solo.

Kepala DLH Sukoharjo Agustinus Setiyono mengatakan segera melakukan pengecekan di lokasi mengenai pencemaran air Sungai Bengawan Solo yang diduga berasal dari buangan limbah pengrajin ciu di kawasan Bekonang, Mojolaban.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kasus klasik ini terjadi setiap tahun saat memasuki musim kemarau. Di mana debit air Sungai Bengawan Solo menurun sehingga tingkat pencemaran air semakin tinggi dan terlihat di permukaan.

Baca juga: Bulus Jumbo Ditemukan di Terowongan Trucuk Klaten, Ini Habitat Aslinya

Namun yang menjadi persoalan, Agustinus merasa limbah ciu dari Bekonang selalu menjadi kambing hitam setiap dari masalah pencemaran air Sungai Bengawan Solo. Padahal Sungai Bengawan Solo yang berada di wilayah perbatasan Sukoharjo dan Kota Solo terdapat pertemuan aliran anak sungai, seperti Sungai Langsur, Samin dan Kali Jenes.

“Dari aliran tiga anak Sungai Bengawan Solo ini semuanya memiliki andil dalam pencemaran air. Banyak UMKM tekstil, printing yang limbahnya juga mencemari air sungai. Tapi yang selalu menjadi tudingan selama ini limbah ciu,” kata dia saat berbincang dengan Solopos.com dijumpai di ruang kerjanya, Selasa (7/9/2021).

Agustinus tak memungkiri masih ada beberapa pengrajin ciu yang nakal membuang limbah ke aliran sungai. Dia pun akan melakukan pengecekan ke lokasi untuk memastikan sumber pencemaran air apakah berasal dari limbah ciu atau lainnya.

Baca juga: Bejat! Guru SD di Wonogiri Cabuli Muridnya, Modus Diajak ke Perpustakaan

Selama ini, Pemkab Sukoharjo telah mendorong pengrajin ciu mengolah limbah buangan ciu  digunakan warga sebagai pupuk organik cair untuk perbaikan struktur tanah yang rusak. Selain itu pupuk tersebut dapat digunakan untuk mengurai pupuk kimia yang terserap tanah.

Pengolahan hasil air limbah ini bahkan sudah dilakukan sejak puluhan tahun silam. Selain pemanfaatan pupuk organik, dia menambahkan limbah ciu juga diolah melalui Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang dibangun Pemkab Sukoharjo sejak 2002 lalu. Meskipun IPAL tersebut saat ini tak lagi mampu menampung seluruh limbah alkohol dari para perajin.

“Limbah itu tidak hanya diolah di IPAL saja, tapi juga digunakan untuk pupuk organik. Kalau ada yang masih buang limbah ke sungai itu hanya oknum saja,” katanya.

Baca juga: Nyamm…. Lezatnya Mie Ayam Hot Plate Porsi Jumbo di Sukoharjo, Bonus Pemandangan Sawah

Dia mengatakan para perajin alkohol atau ciu memiliki komitmen dan tanggung jawab bersama dalam menjaga lingkungan. Salah satunya membentuk sukarelawan pengawasan limbah alkohol, namun pengawasan tidak bisa dilakukan selama 24 jam nonstop. Bagi perajin yang kedapatan membuang limbah ke sungai, kata dia, langsung dilaporkan ke aparat kepolisian dan dilakukan penindakan.

“Kami tidak main-main menindak perajin yang nakal buang limbah ke sungai. Beberapa perajin bahkan sudah ada yang kami tindak tegas,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya