SOLOPOS.COM - Polisi di Wonogiri mengecek kondisi sapi di kandang ternak milik warga, Senin (30/5/2022). (Istimewa/Polres Wonogiri)

Solopos.com, WONOGIRI — Perkembangan kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) di Wonogiri yang hingga kini makin meluas, membuat para peternak waswas. Wabah PMK yang belum mereda mengakibatkan harga sapi mengalami penurunan.

Para peternak di Wonogiri tak dapat lagi memperjualbelikan sapi di tempat terbuka dan bebas. Di samping karena syarat surat keterangan kesehatan hewan (SKKH) yang dinilai menyulitkan, penularan PMK yang tergolong cepat memberi rasa takut pada sebagian calon pembeli.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pebisnis sapi dan kambing asal Kecamatan Wuryantoro, Ali Muhadi, mengatakan harga sapi di pasaran telah mengalami penurunan. Biasanya, satu ekor sapi dapat dijual dengan Rp25 juta. Di tengah mewabahnya PMK, harga sapi di pasaran berkisar Rp20 juta.

Setiap tahun sekali, saat menjelang Iduladha, Ali mengaku bisa menjual minimal 40 ekor sapi. Puluhan ekor itu kebanyakan dikirim ke Jakarta, Bandung, dan Soloraya. Kebutuhan sapi kurban di Jakarta saat Iduladha diakui selalu tinggi sejak dulu.

“Peternak di Wonogiri itu kebanyakan mengirim sapi kurban ke Jakarta. Itu yang pertama. Nomor duanya ke Bandung. Lantaran ada persyaratan SKKH yang harus keluar dari dua pihak, sekarang untuk menjual ke daerah lain susah,” ujar Ali saat dihubungi Solopos.com, Senin (13/6/2022).

Baca Juga: Pemkab Mendadak Setop Rilis Kasus PMK Wonogiri ke Publik, Ada Apa?

Kendati demikian, ia masih mendapat pesanan pengiriman hewan kurban meski jumlahnya sedikit. Hingga Minggu (12/6/2022), ada 15 ekor hewan kurban yang siap dikirim, terdiri atas 11 sapi dan empat kambing.

Ali mengaku pesanan itu didapat dari sejumlah rekan melalui media sosial (medsos). Para pemesan sudah mempercayai kesehatan sapi milik Ali.

Strategi penjualan seperti itu diperbolehkan karena tak dikirim bersamaa, tujuan pengiriman menyasar ke sejumlah masjid. Cara tersebut juga dilakukan pebisnis ternak lainnya.

“Saya sendiri baru menerapkan jual beli sapi secara daring sejak pandemi Covid-19 melanda,” katanya.

Baca Juga: Kumulatif Suspek PMK di Wonogiri Tembus 229 Ekor Sapi

Hal senada dijelaskan pebisnis ternak lainnya asal Purwantoro, Teguh Topo. Setiap tahun, Teguh Topo mengirim 200 sapi. Pada tahun ini, ia menerapkan strategi baru.

Kepada Solopos.com, Minggu (5/6/2022), ia mengatakan salah satu caranya, membeli sapi-sapi lokal yang dimiliki petani. Teguh mengaku sudah memiliki mitra petani di sejumlah kecamatan.

“Saat musim menjelang Iduladha tiba, saya mendatangi para peternak dan siap membeli sapi-sapi mereka,” katanya.

Guna memastikan kesehatannya, Teguh memilih metode karantina pribadi selama 14 hari. Tujuannya agar SKKH-nya dapat keluar, baik dari Pemkab Wonogiri maupun Pemkab atau Pemkot tujuan pengiriman.

Baca Juga: PMK Mewabah, RPH Bulukerto Wonogiri Tetap Beroperasi

Seperti saat ini, ia mengaku telah memenuhi syarat untuk bisa berjualan di Tangerang. Sebanyak 150 ekor sapi dan 200 kambing bakal dikirim bersamaan dan diperdagangkan di luar Kabupaten Wonogiri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya