SOLOPOS.COM - Mahasiswa KKN IPN memberi pelatihan pembuatan pupuk organik cair kepada kelompok wanita tani dan warga lain di Dusun Ngumbul, Desa Purwoharjo, Kecamatan Karangtengah, Kabupaten Wonogiri, Selasa (12/7/2022). (Istimewa)

Solopos.com, WONOGIRI–Sebanyak 10 mahasiswa kuliah kerja nyata (KKN) Institut Pertanian Bogor atau IPB mengubah limbah kotoran hewan ternak sapi, kambing, dan domba menjadi pupuk organik cair (POC).

Pupuk itu diklaim lebih ramah lingkungan dan tidak merusak unsur hara.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Hal itu bermula dari banyaknya limbah kotoran hewan ternak yang menumpuk di kandang-kandang milik warga di Dusun Ngumbul, Desa Purwoharjo, Kecamatan Karangtengah, Kabupaten Wonogiri.

Ketua Pelaksana Program POC KKN IPB Desa Purwoharjo, Kholijah, mengatakan Desa Purwoharjo merupakan daerah yang memiliki potensi peternakan cukup tinggi.

Hampir setiap rumah memiliki hewan ternak seperti sapi, kambing, atau domba. Masing-masing dari mereka memiliki hewan ternak sebanyak dua-tiga ekor hewan.

Meski jumlah hewan pada tiap rumah tidak banyak, tetapi mereka kurang pengetahuan dan kemampuan dalam manajemen limbah kotoran ternak. Sehingga limbah kotoran hewan dibiarkan menumpuk di kandang.

Padahal jika warga mampu mengolahnya dengan baik, limbah kotoran itu bisa dimanfaatkan menjadi POC. Hal itu mengingat warga Desa Purwoharjo banyak menanam janggelan, empon-empon, sayuran, dan padi sawah.

“Kalau limbah kotoran hewan itu dibiarkan, bisa berakibat pada kesehatan hewan ternak. Ternak mereka jadi rentan terkena penyakit. Oleh karena itu, kami berinisiatif mengubah limbah tersebut menjadi POC. Selain bisa membuat hewan ternak tidak mudah terserang penyakit, pupuk itu juga bisa dimanfaatkan pada tanaman warga,”  kata Kholijah saat dihubungi Solopos.com, Jumat (22/7/2022).

Dia menambahkan kotoran yang dibiarkan menumpuk akan mengundang larva ektoparasit dan endoparasit.

Larva ektoparasit sangat mudah berkembang di bagian luar kotoran ternak. Sementara larva endoparasit memiliki siklus hidup di dalam kotoran.

Contoh ektoparasit adalah Lalat Tabanus atau lalat penghisap darah hewan ternak.

“Kalau endoparasit, contohnya begini, misal satu ternak ada investasi cacing yang telurnya bisa keluar bersama feses atau kotoran ternak. Jika feses tidak segera dibersihkan, telur itu bisa menetap di dalam feses dan bisa tertelan oleh ternak lain. Akhirnya ternak lain bisa terkena penyakit cacingan juga,” jelas dia.

Selain berdampak pada kesehatan hewan ternak, limbah kotoran ternak yang dibiarkan menumpuk juga berpotensi mengganggu kesehatan manusia.

Sebab di dalam kotoran ternak banyak ditemukan bakteri jahat seperti salomenella dan ecoli. Biasanya bakteri  jahat itu bisa menyebabkan diare dan typus.

Atas dasar itu, kelompok mahasiswa KKN IPB mengadakan pelatihan pembuatan POC kepada  kelompok wanita tani (KWT) dan warga lain di Desa Purwoharjo.

Melalui pelatihan itu, diharapkan bisa meminimalisasi tumpukan limbah kotoran hewan yang belum termanfaatkan secara maksimal.

“Sebenarnya warga sudah memanfaatkan kotoran ternah untuk pupuk. Tapi belum maksimal. Mereka sekadar menggunakan kotoran yang menumpuk dan belum diolah dan langsung diberikan ke tanaman. Sementar kalau POC, pengaplikasiannya lebih mudah karena bentuk cair. Unsur hara dan nutrisinya bisa cepat diserap tanaman. Lebih hemat juga,” kata Mahasiswa Jurusan Teknologi Produksi Ternak itu.

Pelatihan pembuatan POC dilaksanakan sekali pada Selasa (12/7/2022) dihadiri 40 orang. Tiap dusun dari 13 dusun di Desa Puwoharjo mengirimkan sedikitnya dua orang untuk mengikuti pelatihan dan praktik langsung di kebun Kelompok Wanita Tani Bintang Tani, Dusun Ngumbul.

Kholijah menjelaskan cara menggunakan POC cukup mudah. Pupuk bisa langsung disemprotkan ke tanaman atau tanah. Sebelum diaplikasikan, POC dicampur air terlebih dahulu. Perbandingannya, satu liter POC untuk delapan sampai sembilan liter air. Masa penyimpanan POC bisa bertahan sampai satu tahun. POC bisa digunakan sepekan sekali. Penyiraman terbaik pada pukul 05.00 WIB-09.00 WIB.

“Karena ini pupuk organik, hasilnya memang cukup lama kelihatan dibandingkan pupuk kimia. Namun POC lebih ramah lingkungan dan tidak merusak unsur hara dalam tanah. Sehingga tanahnya tetap bisa subur dan bisa ditanami tanaman secara berkelanjutan,” imbuh dia.

Ketua Kelompok Wanita Tani Desa Purwoharjo, Sumini, menuturkan warga khususnya para petani sangat antusias dengan pelatihan POC tersebut. Mereka merasa terbantu dengan pelatihan POC ini. Harapannya, POC tersebut bisa membantu meningkatkan hasil panen tanaman para warga.

“Sebelumnya kami memang pernah mencoba membuat pupuk organik, tapi bentuknya padat. Karena POC ini bentuknya cair, mungkin lebih efektif jika digunakan di kebun sawi dan bayam kami,” kata Sumini.

 

 



 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya