SOLOPOS.COM - Para pemain Benfica Rodrigo, Andre Gomes, Andre Almeida dan Ruben Amorim (kiri-kanan) terlihat bersedih setelah gagal meraih juara Europa League di Juventus stadium. Bela Guttman (insert). JIBI/Reuters/Albert Gea

Solopos.com, TURIN — Sevilla berhasil mengunci gelar juara Europa League musim 2013-14. Tim asuhan Unay Emery itu mengalahkan wakil Portugal, Benfica lewat adu penalti dengan skor 4-2 dalam pertandingan di Juventus Arena, Rabu (14/5/2014) atau Kamis dinihari WIB.

Sevilla sebelumnya memetik kemenangan di Europa League musim 2005-06 dan 2006-07. Dilansir dari Opta, seperti dikutip Liputan6.com, hanya ada dua klub yang selalu menang saat masuk ke final kasta kompetisi nomor dua di Benua Biru itu, yakni Sevilla dan Feyenoord.

Promosi Selamat Datang di Liga 1, Liga Seluruh Indonesia!

Sedangkan, kekalahan dari Sevilla ini jelas menjadi pukulan menyakitkan bagi Benfica. Sukses melangkah ke final dua musim beruntun, tim asuhan Jorge Jesus itu gagal meraih kemenangan. Raksasa Portugal itu terakhir kali merebut gelar di kancah Eropa musim 1961-62.

Delapan kali melaju ke final di ajang Eropa, Benfica gagal meraih gelar juara. Rekor tersebut menyamai torehan raksasa Italia, Juventus. Musim ini, Benfica melakukannya di Juventus Stadium.

Ekspedisi Mudik 2024

Menilik rapor pertemuan, kekuatan Benfica boleh dibilang masih di bawah tim-tim Spanyol. Terbukti, dari 15 kali pertemuan melawan wakil Spanyol, Benfica gagal meraih kemenangan.

Kutukan Guttman

Paling menarik, “kutukan” Bela Guttman bagi Benfica masih berlanjut hingga kini. Guttman pelatih terakhir yang membawa Benfica juara di Eropa 1962 silam. Namun dia sakit hati setelah dipecat manajemen karena meminta kenaikan gaji.

Saat itu, Guttman mengutuk Benfica tidak akan merebut gelar juara di Eropa selama 100 tahun ke depan. Setidaknya, kutukan itu masih berlangsung buat Benfica sampai saat ini.

‘Kutukan Guttmann’ itu masih belum mau hilang dari Benfica dan partai final Liga Europa kontra Sevilla jadi saksi terbaru nasib tragis yang harus didapat As Aguias.

Sebelum laga final di Juventus Stadium, Kamis (15/5) dinihari WIB, orang-orang terus membicarakan soal ‘Kutukan Guttmann’ yang selalu menghantui Benfica sejak terakhir jadi kampiun Eropa di tahun 1962.

Di tahun itu untuk kedua kalinya secara beruntun Benfica memenangi Piala Champions (yang kini bernama Liga Champions) di bawah asuhan pelatih asal Hongaria Bela Guttmann.

Tapi sayangnya akhir cerita tak berakhir manis untuk Guttmann setelah dia diberhentikan secara tidak hormat, yang akhirnya membuatnya mengeluarkan sumpah serapah. “Mereka tidak akan memenangi kejuaraan apapun di Eropa selama 100 tahun ke depan,” begitu kata Guttmann.

Kata-kata yang bak semacam doa untuk Benfica karena sejak mengalahkan Real Madrid di tahun 1962, mereka selalu kalah di tujuh partai final yang mereka ikuti.

Ditambah kekalahan dari Sevilla di final Liga Europa 2013/2014, artinya Benfica sudah delapan kali menjadi finalis kompetisi Eropa, tanpa sekalipun bisa keluar menjadi juara.

Lebih menyakitkan adalah kekalahan di final kali ini adalah yang kedua secara beruntun setelah musim lalu takluk 1-2 dari Chelsea di kompetisi yang sama. Dilansir Infostrada, Benfica menyamai rekor Juventus yang tampil delapan kali di final dan tak pernah juara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya