SOLOPOS.COM - Suporter Persis Solo, Pasoepati, saat mendukung Laskar Sambernyawa di Stadion Manahan Solo. (Dok/Solopos)

Persis Solo dan PSS Sleman akan bertemu di babak 16 besar Liga 2.

Solopos.com, SOLO — DPP Pasoepati menggaungkan semangat persaudaraan antarsuporter jelang dimulainya babak 16 besar Liga 2. Pasoepati menginginkan rivalitas antara suporter Persis Solo dan PSS Sleman yang berada dalam satu grup di babak 16 besar bukan tanpa batas.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Penegasan itu disampaikan Wakil Presiden Pasoepati Ginda Ferachtriawan saat berbincang dengan Solopos.com melalui telepon, Jumat (8/9/2017). Ginda meyakini kedua suporter sama-sama punya mimpi yang sama yakni menginginkan klub kesayangkan mereka bisa tampil di Liga 1 pada musim depan.

Dia menegaskan Pasoepati akan menyambut hangat tamunya Slemania maupun Brigata Curva Sud (BCS), saat Persis Solo menjamu PSS Sleman di Stadion Manahan pada 24 September mendatang. Sebaliknya, Pasoepati akan menjadi tamu yang sopan saat Persis bertandang ke markas PSS Sleman pada 10 Oktober mendatang.

“Kami ingin rivalitas yang kurang baik antardua suporter itu bisa diakhiri. Kami akan berkomunikasi dengan semua stakeholders baik itu dengan kedua tim, kedua suporter, panpel, pihak kemanan. Apapun keputusan pihak keamanan, kita akan sepakati dan patuhi arahan mereka,” kata Ginda.

“Komunikasi dengan semua stakeholders ini akan kita mulai setelah 11 September 2017 atau usai laga pamungkas [babak penyisihan grup] melawan PSIR Rembang di Stadion Manahan,” sambungnya.

Ginda menjelaskan sebetulnya hubungan antara Pasoepati dan Slemania secara organisatoris sudah terjalin baik. Keributan antarkedua suporter lebih banyak terjadi di tataran akar rumput. Pemicunya, rata-rata karena adanya provokasi yang dilakukan salah satu kubu melalui media sosial (medsos).

“Ini yang perlu disepakati sejak awal oleh kedua suporter. Sosmed jangan dijadikan ajang untuk mem-bully apalagi untuk memprovokasi. Selama ini keributan yang terjadi itu akibat jempol-jempol yang tidak bertanggung jawab. Provokasi di sosmed itu adalah salah satu bumbu nonteknis yang menjadi momok menakutkan bagi kita semua,” papar Ginda.

Salah satu kunci sukses mengendalikan suporter, kata Ginda, ialah dengan mengajak komunikasi masing-masing koordinator wilayah (korwil) atau kepala suku. Menurut Ginda, korwil atau kepala suku diharapkan bisa mengajak anak buahnya menahan diri untuk tidak terpancing atau memancing keributan.

“Bagaimana pun kepala suku itu adalah leadership bagi mereka. Komunikasi antarkedua suporter tidak cukup di tataran atas, tetapi harus menjangkau semua tingkatan,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya