SOLOPOS.COM - Ilustrasi kekerasan tehadap anak (liputan6.com)

Solopos.com, WONOGIRI -- AP, 8, asal Pracimantoro, Wonogiri, pergi ke Solo bermaksud untuk mengisi waktu liburan sekolah. Namun, di sana siswa SD itu malah dipaksa mengamen dari pagi hingga sore.

Tak hanya dipaksa mengamen, ketika AP tidak patuh pada perintah ayah tirinya, dia dipukul dan dianiaya. Kasus tersebut saat ini ditangani polisi dan pendamping dari Pusat Pelayanan Terpadu, Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Wonogiri.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Informasi yang diperoleh Solopos.com, beberapa waktu lalu AP yang selama ini tinggal bersama neneknya di Pracimantoro dijemput oleh ibunya untuk berlibur ke Solo.

Namun, mimpi indah berlibur di kota itu sirna. Pada hari kedua liburannya, ia disuruh mengamen oleh ayah tirinya. Lokasi mengamennya diduga berada di antara Gemblegan dan Gading, Pasar Kliwon, Solo.

Penumpang Malioboro Ekspres Ditemukan Tak Bernyawa di Rel KA Ngemplak Boyolali

“Jadi ternyata di sana [Solo], kehidupan ayah tirinya ini enggak begitu bagus. Dia suka mabuk-mabukan. Bukannya berlibur, anak ini malah disuruh mengamen” kata pendamping dari Pusat Pelayanan Terpadu, Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Wonogiri, Ririn Riadiningsih, saat ditemui Solopos.com di pendapa rumah dinas Bupati Wonogiri, Kamis (19/12/2019).

Selama di Solo, bocah malang itu dipaksa mengamen mulai pagi hingga sore. Puncaknya pada Sabtu (14/12/2019) malam. Sepulang mengamen seharian, ayah tirinya masih memaksa AP yang kelelahan untuk mengamen.

AP menolak perintah itu. Ayah tirinya marah dan menganiaya AP. “Penolakan korban membikin ayah tiri ini marah. Banyak perlakuan buruk ayah tiri kepada korban yakni dipukul lehernya, pinggang, hingga didorong ke sawah,” terang Ririn.

Selamatkan Anak Ayam, Perempuan Klaten Ini Malah Dipatuk Ular Kobra

Perlakuan kasar ayah tiri kepada korban ini tidak diketahui ibu kandungnya. Ibu kandungnya bekerja sebagai buruh kasar di salah satu hotel di Solo. Ia terbiasa pergi pagi dan pulang malam sehingga tidak tahu bagaimana kondisi anaknya selama di rumah.

“Saya menyayangkan perlakuan buruk ayah tirinya yang dianggap hal biasa. Tidak ada penyesalan saat anaknya diambil neneknya,” imbuh Ririn.

Selama mendampingi korban, Ririn datang bersama seorang psikolog. Keduanya lalu mendampingi korban untuk mengetahui seberapa dalam trauma korban terkait perlakukan ayah tirinya.

Secara fisik, di tubuh korban banyak terlihat bekas luka. Namun, secara kejiwaan, korban terbilang kuat. Dia tidak murung dan tetap bersemangat.

Nenek-Nenek Kendarai Sepeda Tertabrak Mobil di Wuryantoro Wonogiri

“Mungkin karena sejak awal enggak ada pendampingan dari ibunya jadi jiwanya kuat. Anak ini sejak kecil diasuh neneknya. Latar belakang itu yang membuat anak ini kuat,” urai dia.

Ririn menceritakan upaya pendampingannya belum sampai kepada pendampingan ibu kandung. Padahal pendampingan untuk ibu kandung ini penting untuk menunjang kejiwaannya soal bagaimana kondisi si anak ke depannya.

“Sampai saat ini, saya belum tahu perkembangannya seperti apa. Proses hukumnya sudah ditangani PPA Polresta Solo,” kata Ririn.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya