SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

<div dir="auto"><p><strong>Solopos.com, KLATEN</strong> — Momentum Lebaran membawa berkah bagi pengrajin dan pedagang gerabah di Desa Melikan, Kecamatan Wedi, dan Desa Paseban, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten. Omzet penjualan gerabah selama Lebaran meningkat jadi Rp5 juta <a title="Rangkaian Acara Ini Semarakkan Libur Lebaran di Klaten" href="http://soloraya.solopos.com/read/20180617/493/922650/rangkaian-acara-ini-semarakkan-libur-lebaran-di-klaten">dibanding</a> biasanya hanya Rp500.000 per hari.</p><p>Pemilik Yani Keramik di Dukuh Pagerjurang, Desa Paseban, Bayat, Endang, 49, mengatakan kenaikan permintaan mulai terasa sejak H-3 Lebaran. Dia pun membuka tokonya hingga malam padahal hari biasa hanya dampai sore. Endang tak ingin pelanggan kecewa karena tokonya tutup saat didatangi.</p><p>"Ini juga saya khawatir kok baru H-3 mulai naik ramai. Biasanya sejak dua pekan sebelum Lebaran karena banyak pemudik yang pulang jauh-jauh hari sebelum Lebaran," kata dia, saat ditemui <em>solopos.com</em> di tokonya, Rabu (20/6/2018).</p><p>Endang menerangkan gerabah yang paling diburu pemudik adalah <a title="Jalur Jogja-Solo Padat, 2.000 Kendaraan Per Jam" href="http://soloraya.solopos.com/read/20180617/493/922598/jalur-jogja-solo-padat-2.000-kendaraan-per-jam">aksesori</a> seperti guci dan vas bunga. Biasanya pembeli berasal dari daerah Klaten dan sekitarnya. Sedangkan, untuk pemudik luar kota maupun luar Jawa umumnya mencari perlengkapan dapur yakni wajan, panci, poci, hingga kendi.</p><p>Ia menceritakan puncak penjualan gerabah biasanya terjadi hingga sepekan setelah Lebaran.&nbsp; "Dulu banyak yang minta <em>dipaketin</em>. Mungkin sekarang sudah punya mobil sendiri jadi dibawa sendiri. Kalau <em>dipaketin</em> bisa ke Jakarta, Bandung bahkan Pekanbaru," tutur Endang.</p><p>Momentum Lebaran juga dirasakan pengrajin gerabah asal Dukuh Sayangan, Desa Melikan, Wedi, Sumilih. Tingginya permintaan selama Lebaran membuat dia harus meningkatkan kapasitas produksinya.</p><p>Jika biasanya dalam sebulan melakukan empat kali pembakaran, menjelang Lebaran ia membakar hingga enam kali. Jenis gerabah yang dibikin seperti jenis dolanan anak naik dari 9.000 unit menjadi 12.000 unit per bulan. Sedangkan kendi, vas bunga, tempat lilin, naik dari 500 unit menjadi 700 unit per bulan.</p><p>"Kalau jenis yang dibikin ganti-ganti menyesuaikan pesanan. Biasanya pengrajin sini nyetok jauh-jaih sebelum Lebaran. Jadi pas Lebaran tinggal mengirim saja," kata dia.</p><p>Salah satu Pemudik asal Pekalongan, Suherwati, 53, mengatakan sengaja datang ke Bayat dan Wedi untuk berburu gerabah. Gerabah itu dipakai untuk menyajikan gudeg dan sambel goreng di warung makan milik putranya di Tangerang.</p><p>I"Saya mudik ke tempat saudara di Solo. Terus ke sini mencari wadah untuk display masakan. Karena menunya gudeg dan sambal goreng jadi kesan Jawa-nya lebih kuat kalau pakai gerabah," kata dia, di sela-sela memilih gerabah.</p></div>

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya