SOLOPOS.COM - Slamet Riyadi, menantu Tumirah atau Yu Tum, yang kini menjadi pengelola usaha gatot tiwul Yu Tum memamerkan tiwul olahannya di Wonosari, Gunungkidul, Selasa (7/7/2015).(JIBI/Harian Jogja/Uli Febriarni)

Libur akhir tahun, penjualan oleh-oleh tiwul Yu Tum Gunungkidul laris manis

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL- Pusat oleh-oleh tiwul “Yu Tum” makanan khas Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengalami peningkatan permintaan hingga 50% dalam sepekan terakhir.

Promosi Banjir Kiper Asing Liga 1 Menjepit Potensi Lokal

Pemilik Toko Tiwul “Yu Tum” Gunungkidul Slamet Riyadi di Gunungkidul, Jumat, mengatakan pada hari biasa, produksi tiwul sekitar 200–250 tumpeng.

“Saat libur Natal dan Tahun Baru 2016, permintaan tiwul meningkat hingga 50 persen. Kami menaikkan produksi tiwul setiap harinya,” kata Slamet, seperti dikutip dari Antara.

Ia mengatakan bahwa pembuatan tiwul relatif sangat mudah. Bahan bakunya dari gaplek atau ketela pohon yang dikeringkan, kemudian dihaluskan menjadi tepung, lalu dikukus selama 15 menit. Dalam proses memasak tersebut, bisa ditambahkan gula atau kelapa yang sudah diparut.

“Permintaan konsumen kebanyakan rasa gurih sehingga tiwul yang siap dimakan dapat dicampur dengan kelapa parut. Tiwul juga dapat dimasak dengan rasa manis dengan menambahkan atau dicampuri gula merah saat dimasak,” kata Riyadi.

Menurut dia, Toko Tiwul “Yu Tum” miliknya dalam satu hari mampu menjual ratusan porsi kecil tiwul, atau sekitar 8 kuintal gaplek sebagai bahan bakunya setiap hari.

Harga tiwul bervariasi, antara Rp15 ribu dan Rp35 ribu per porsi.

“Biasanya untuk acara-acara khusus, memesan tiwul ukuran kecil, ada juga yang pesan tumpeng tiwul yang harganya Rp35 ribu per porsi,” katanya.

Ia mengatakan bahwa tiwul produksinya bisa tahan tiga hari tanpa menggunakan bahan pengawet. Pembeli dari luar kota dapat membawanya untuk oleh-oleh. Bisa juga membeli tepung tiwul.

“Kalau tiwul yang sudah diolah dapat tahan tiga hari, dan tiwul instan dapat bertahan satu tahun,” kata Riyadi.

Selain tiwul, kata Slamet, wisatawan banyak yang membeli makanan khas Gunung Kidul lain, seperti gatot, belalang goreng atau belalang bacem, serta berbagai makanan ringan lainnya.

“Wisatawan banyak mencari makanan khas Gunungkidul. Setiap liburan, permintaan selalu meningkat,” katanya.

Salah satu pembeli tiwul, Mandarsi warga Jawa Tengah mengatakan bahwa saat dirinya berwisata ke Gunungkidul selalu menyempatkan diri mampir ke Toko Tiwul “Yu Tum” karena rasanya tidak pernah berubah. Kualitas tiwul juga diperhatikan.

“Kualitas dan rasanya tetap terjaga. Selain itu, pemiliknya menempelkan keterangan batas waktu konsumsi,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya