SOLOPOS.COM - Ilustrasi Selat Solo. (Pictagram)

Solopos.com, SOLO – Siapa yang belum pernah mencicipi kelezatan Selat Solo? Kuliner yang satu ini wajib masuk daftar makanan yang patut dicicipi saat berkunjung ke Kota Solo.

Selat merupakan makanan yang tercipta dari percampuran dua budaya, yakni Eropa dan Jawa. Sederhananya, makanan satu ini merupakan hidangan khas Jawa yang dipengaruhi dengan kekayaan kuliner Eropa.

Promosi Acara Gathering Perkuat Kolaborasi Bank Sampah Binaan Pegadaian di Kota Padang

Selat merupakan sajian makanan yang sangat terkenal dan wajib dicicipi saat berkunjung ke Kota Solo, Jawa Tengah. Seporsi makanan ini berisi potongan daging maupun daging cincang yang dimasak dengan saus cokelat berasa manis, asin, gurih, dan asam yang menyegarkan.

Baca juga: Sragen & Wonogiri Zona Merah Covid-19, Akibat Klaster Kudus?

Kuah selat terbuat dari bawang putih, bawang merah, irisan bawang bombai, kecap manis, kecap inggris, air, lada, bubuk pala, garam, penyedap, dan tomat segar.

Daging dan kuah tersebut disajikan bersama dengan telur pindang alias telur rebus bumbu kecap, buncis dan wortel rebus, kentang goreng, selada, mentimun, serta mustard.

Makanan ini biasanya disajikan sebagai hidangan pembuka yang kaya rasa. Di balik kelezatan rasanya, ada cerita menarik dari Selat Solo yang amat terkenal.

Baca juga: Ada Kampus Jamu di Solo, Satu-Satunya di Indonesia Hlo

Sejarah Selat Solo

Dikutip dari Indonesia.go.id, Rabu (16/6/2021), Selat Solo disebut sebagai steak Eropa ala Jawa karena kisah unik di belakangnya. Pada masa kolonial, orang-orang Eropa datang ke Indonesia memperkenalkan makanan khas meraka. Namun, ternyata tidak semua makanan Eropa itu cocok dengan lidah kaum ningrat di Keraton Kasunanan Surakarta.

Guna menyesuaikan selera orang Jawa yang menyukai makanan manis, maka dibuatlah Selat Solo yang merupakan hidangan perpaduan antara bistik dan salad.

Baca juga: Youtuber Asal Blitar Sukses Bangun Rumah Impian di Hong Kong

Nama selat berasal dari kata slachtje yang berarti salad. Sementara dagingnya disebut steak atau dalam bahasa Belanda disebut biefstuk.

Jika biasanya daging steak di Eropa disajikan dalam ukuran besar dan dimasak setengah matang, maka lain halnya dengan daging Selat Solo. Raja di Solo tidak terbiasa menyantap daging seperti makanan Eropa.

Baca juga: Ratusan Makanan Lezat Buatan Raja Kuliner Solo Siap Manjakan Lidah Peserta PON 2021

Galantin

Para koki pun berinovasi membuat daging steak yang besar dengan mencincang daging sapi yang dicampur dengan tepung roti serta telur. Campuran bahan tersebut kemudian dibentuk lonjong seperti lontong dan dibungkus daun pisang sebelum dikukus hingga matang.

Setelah matang, daging Selat Solo diiris agak tebal dan digoreng dengan sedikit margarin agar lebih gurih. Daging itulah yang disebut dengan nama galantin.

Baca juga: Pasar Ikan Balekambang Solo, Surga bagi Pencinta Iwak Harga Miring 

Aneka sayuran dan kuah bercita rasa manis, gurih, asin, dan asam yang menyegarkan disajikan bersama dengan galantin tersebut. Kombinasi steak dan sayuran inilah yang membuat Selat Solo kaya warna dan menggoda siapapun yang memandang.

Selat Solo juga terbilang unik karena berbeda dengan steak Eropa yang disajikan saat panas. Selat justru selalu disajikan dalam keadaan dingin, meskipun ada beberapa rumah makan yang menyajikannya dalam kondisi hangat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya