SOLOPOS.COM - Lumpia duleg khas Klaten. (Instagram/@bejojajan)

Solopos.com, KLATEN Lumpia duleg atau sosis duleg khas Klaten, Jawa Tengah, menjadi jajanan yang mulai langka. Padahal, kuliner yang satu ini punya banyak penggemar. Kelezatan lumpia duleg membuat sejumlah orang yang pernah mencicipinya ketagihan.

Buktinya, foto viral lumpia duleg unggahan pengelola akun Instagram @bejojajan yang dibagikan ulang @jelajahsolo, Kamis (26/9/2019), diramaikan ratusan komentar. Foto tersebut memamerkan wujud lumpia duleg khas Klaten yang membuat netizen ngiler dan teringat kenangan masa kecil. Maklum saja, lumpia duleg menjadi salah satu jajanan yang mulai langka.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

“Sudah tujuh tahun enggak menemukan makanan ini. Pengin,” tulis @faridanayra31.

“Itu jajanan yang paling kusuka kalau main ke tempat mbah di Pedan. Kalau sekarang pengin makanan itu harus beli sampai ke Pasar Delanggu,” sambung @tari_chachaq.

Ekspedisi Mudik 2024

“Jajanan yang selalu ditunggu setelah Isya. Yang jualan mbahnya naik sepeda pas aku masih kecil,” imbuh @puput_shintani2909.

“Enak banget. Sosis duleg itu gurih dengan kuah manis. Ditambah nyeplus cabai, jooss banget,” sambung @setyowatidanielly.

Diberitakan Solopos.com sebelumnya, lumpia duleg adalah makanan asli wilayah Delanggu, Klaten, terbuat dari tepung kanji dengan isian tauge yang dikukus. Penganan ini berukuran mini, panjangnya sekitar 10 sentimeter. Kuliner Klaten ini disajikan dengan kuah manis dari gula jawa dan bawang.

Bahan baku membuat lumpia di antaranya tepung pati, gandum, serta bawang. Isian lumpia berupa taoge. Lumpia itu kian nikmat ketika dicelupkan pada juruh berbahan cairan gula jawa, bawang, serta berambang goreng.

Kuliner lumpia duleg kini mulai sulit ditemukan. Lumpia duleg merupakan ikon Dukuh Lemburejo, Desa Gatak, Delanggu, Klaten. Sejarah munculnya lumpia duleg sejak 1950-an. Warga yang dikenal dengan nama Mbah Karto Purno pulang kampung seusai bekerja sebagai buruh pembuat lumpia di Semarang.

Di kampung halaman, Mbah Karto mengaplikasikan resep yang ia pelajari selama bekerja. Namun, uji coba yang ia lakukan dengan bahan lokal yakni tepung pati berulang kali gagal lantaran ukuran kulit lumpia kecil.

Dari produk gagal tersebut, Mbah Karto justru menciptakan lumpia duleg yang hingga kini terus diminati. Salah satu panitia kirab, Seno Guntoro, mengungkapkan Cethik Geni baru kali pertama digelar untuk kian memoncerkan camilan khas buatan warga Lemburejo, Gatak.

Di kampung tersebut, sekitar 15 warga yang hingga kini bertahan membuat lumpia duleg secara turun temurun. Daliyem, 74, warga Dukuh Lemburejo, Desa Gatak, Delanggu, merupakan satu-satunya penjual lumpia duleg dengan gaya jadul. Wanita yang akrab disapa Mbah Sidal itu masih setia dengan gaya berjualan ala tempo dulu, berjalan tanpa alas kaki sembari menggendong tenggok, wadah dari anyaman bambu.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya