SOLOPOS.COM - Bumbu Sate Bu Sum Girimarto yang dijual di los pedagang Pasar Wonogiri, Minggu (10/7/2022). (Solopos.com/Luthfi Shobri M)

Solopos.com, WONOGIRI — Bumbu sate racikan Bu Sum Girimarto, Wonogiri, Jawa Tengah, sudah sangat terkenal di Kota Gaplek. Bumbu yang dibuat khusus untuk dipasarkan pada momen Iduladha dan Tahun Baru itu selalu menjadi barang buruan masyarakat.

Pada momen Iduladha 2022, sebanyak 1,8 ton bumbu sate itu telah ludes terjual. Pemilik awal produk bumbu sate tersebut bernama Bu Sum. Ia telah meninggal sekitar enam bulan lalu.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kini, usahanya diteruskan ke anaknya, Ranti. Saat ditemui di kediamannya, Minggu (10/7/2022), perempuan berusia 45 tahun itu mengisahkan awal mula produk bumbu sate buatan ibunya itu berhasil menggoyang lidah masyarakat.

“Awalnya kan sebenarnya jualan sate aja sejak 1984 di Pasar Girimarto. Suatu ketika ada konsumen yang tanya, ‘kalau beli bumbu aja boleh atau tidak?. Dilayani dan biasanya untuk acara tempoan. Sistem penjualannya juga kiloan. Makin ke sini, makin banyak pesanan. Karenanya, sejak 10 tahun lalu bumbu sate itu mulai diproduksi khusus dan dijual sendiri saat Iduladha,” kisah Ranti.

Produksi bumbu sate Bu Sum Girimarto terus meningkat. Hal ini terjadi seiring makin banyaknya minat masyarakat yang menjadi pelanggan bumbu sate buatan Ranti dan Ibunya.

Baca juga : Prakiraan Cuaca Wonogiri Hari Senin Ini: Cerah Berawan Siang

Untung Rp30 Juta

Pada momen Iduladha 2022 misalnya, Ranti menarget penjualan bumbu satenya hanya 0,5 ton. Namun hingga Minggu siang, sebanyak 1,8 ton bumbu sate buatannya sudah habis terjual.

Pada 2021, bumbu sate Bu Sum Girimarto itu terjual hingga 1,1 ton. Padahal setahun sebelumnya, yakni 2020, produksi bumbu satenya hanya laku 0,6 ton.

Dalam memproduksi sebanyak 1,8 ton bumbu tersebut, Ranti menyebut proses kerjanya non-setop. “Bikinnya sekitar 10 hari yang lalu dan kerjanya seperti orang gila. Karena terus-terusan bekerja. Di sisi lain, mencari orang sebagai tenaga pembantu juga susah. Sedangkan banyak yang pesan dadakan dan itu mesti dilayani segera,” ujarnya.

Ranti menambahkan, setiap satu kuintal bumbu sate yang telah diproduksi, modal yang dikeluarkan sebanyak Rp1,8 juta. Saat dijual ke berbagai tempat, modal itu telah berganti pemasukan, dengan nilai sekitar Rp3,5 juta.

Artinya, dari total 1,8 ton yang dikonversi menjadi 18 kuintal, telah berhasil memberi pemasukan bersih senilai Rp30,6 juta. Itu terjadi hanya pada momen Iduladha yang berlangsung beberapa hari.

Baca juga : Sebelum Bakar Satai, Kenali Jenis-Jenis Arang Berikut Ini

Resep Rahasia

Ia mengibaratkan, momen Iduladha tak ubahnya rezeki dadakan yang datang setahun sekali. Ia tak mengerti alasan bumbu sate Bu Sum Girimarto produksinya begitu dinikmati banyak kalangan. Sebab menurut Ranti, tak ada bahan istimewa yang digunakan dalam meracik bumbu sate buatannya.

“Hanya gula jawa dan sejumlah bumbu dapur aja. Bumbu dapurnya diblender lalu dimasak bersama gula jawa dengan cara direbus. Mungkin karena kata orang enak dan harganya terjangkau. Itu menjadi prinsip keluarga kami agar jangan lupa berbagi, yang penting semua bisa merasakan,” jelas dia.

Dengan cara yang sederhana itu, produk Bumbu Sate Bus Sum Girimarto telah menyebar di lima kota/kabupaten. Di antaranya Solo, Palembang, Pacitan, Malang, dan Klaten. Hal yang demikian dapat terjadi karena sistem pemasarannya mengandalkan reseller dan penjualan secara online.

“Misalnya satu kemasan itu harganya Rp4.000, kalau reseller jualnya dilebihin. Banyak laku tahun ini juga karena dijualkan ke online dan harganya tipis dengan yang di sini. Jadi menangnya ya karena banyak konsumen itu,” tuturnya.

Ranti tak dapat menghitung jumlah pasti reseller-nya karena jumlahnya bisa saja puluhan hingga ratusan orang. Namun salah satu reseller yang dihafalnya ialah pemilik Alfarizi Grosir, Wahyu Ade. Nama itu diingat Ranti karena menjadi reseller paling besar, yang mendistribusikan ribuan kemasan produk Bumbu Sate Bu Sum Girimarto.

Baca juga : Kisah Warung Makan Rudy 21 Mojolaban Sukoharjo: Dulu Musuh Tetangga

Dikonfirmasi terpisah, Minggu malam, Wahyu mengaku telah menjual lebih dari 4.000 kemasan bumbu sate tersebut ke pembeli lainnya. Di antara pembeli itu ada juga yang berstatus penjual. “Jadi ada yang langsung dipakai dan ada yang dijual lagi,” tuturnya.

Ia melanjutkan, status sebagai reseller Bumbu Sate Bu Sum Girimarto itu baru dilakoninya pada 2022. Sebelumnya ia belum menengal Bu Sum maupun Ranti. Wahyu bersyukur, di tahun pertama menjadi reseller Bumbu Bu Sum Girimarto, justru langsung laku keras hingga menghabiskan ribuan bungkus.

Sebab utama yang membuat bumbu sate yang ia jual laris ialah karena dijual secara online. Dalam hal ini, Wahyu memanfaatkan aplikasi Telegram untuk membuat kanal yang isinya barang-barang atau produk yang dijual. Salah satu di antaranya yaitu Bumbu Sate Bu Sum Girimarto.

Baca juga : Mas Bechi Klaim Metafakta Oxytron Musik Penyembuh, Hla Kok Buat Cabul?

Ketika ditilik Solopos.com, kanal Telegram bernama Alfarizi Grosir Wonogiri itu menjual bumbu sate tersebut melalui tiga penawaran. Jika dibeli eceran, harga yang dipatok senilai Rp5.000. Namun setiap pembelian 12 kemasan, harga per kemasannya senilai Rp4.750.

Sedangkan jika ada yang meminati per 100 kemasan Bumbu Sate Bu Sum Girimarto, harga yang dipatok yakni Rp4.500 per kemasan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya