SOLOPOS.COM - Erick Thohir (Instagram-@erickthohir)

Solopos.com, JAKARTA -- Menteri BUMN Erick Thohir terus mendorong peningkatan daya saing dan transparansi di tubuh BUMN. Salah satu yang direkomendasikan yaitu dengan melakukan Initial Public Offering (IPO) atau mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Erick Thohir menyampaikan upaya memajukan BUMN saat IDX Debut untuk PT Bank Syariah Indonesia Tbk., di Main Hall Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (4/2/2021).

Promosi Layanan Internet Starlink Elon Musk Kantongi Izin Beroperasi, Ini Kata Telkom

Erick Thohir memastikan, dalam roadmap BUMN 2021-2023, setidaknya akan ada 8-12 BUMN yang akan mencatatkan sahamnya di bursa efek.

"Di pipeline, saya tidak mau bilang angka fix nya nanti dicari-cari, tapi ada 8-12 yang kita akan go public. Akan tetapi bukan sekedar go public, kembali fundamental dan sustain harus ada," ucap Erick Thohir.

Ekspedisi Mudik 2024

Baca juga: Trusted Online Broker untuk Trader

Erick Thohir menegaskan, saat ini ada 28 BUMN yang sahamnya tercatat di bursa. Hanya saja memang masih ada 4 BUMN yang kinerja sahamnya belum sesuai harapan. Hal ini ke depan akan menjadi evaluasi.

Untuk itu, pihaknya meminta dukungan sejumlah otoritas terkait. Seperti BEI dan juga Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam membawa BUMN go public dan go global. Baginya, budaya gotong royong masyarakat Indonesia, bisa membawa negara ini jauh lebih maju ke depannya.

"Insya Allah dengan kerja keras kami dan dukungan dari OJK, bursa dan seluruh penganut kebijakan ini, bisa kita jalankan sesuai dengan target yang kita canangkan. Dan Insya Allah perusahaan-perusahaan yang kita listing adalah perusahaan yang baik serta punya strategi jangka panjang," tegas Erick Thohir.

Baca jugaKredit Macet Soloraya Capai Rp8,057 Triliun, Ini Penyebabnya

Rencana Bisnis

Saat ini, lanjut Erick Thohir, ada beberapa BUMN yang sudah memiliki rencana bisnis jangka panjang yang cukup jelas. Seperti perbankan syariah yang kini menjadi bisnis PT Bank Syariah Indonesia Tbk. Bank Syariah Indonesia berstatus sebagai perusahaan BUMN terbuka dan tercatat sebagai emiten di Bursa Efek Indonesia dengan kode BRIS.

Adapun Komposisi pemegang saham BUMN, Bank Syariah Indonesia terdiri dari PT Bank Mandiri (BMRI) 50,95%, PT Bank Negara Indonesia (BNI) 24,91%. Kemudian PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) 17,29%, DPLK BRI - Saham Syariah 2% dan publik 4,4%.

Baca jugaPerlu Sinergi Lintas Wilayah untuk Redam Pandemi Covid-19

Optimisme di sektor keuangan syariah dan rencana bisnis Bank Syariah Indonesia dibuktikan dengan melesatnya harga saham perusahaan. Harga saham BRIS pada saat initial public offering (IPO) sebesar Rp510. Sedangkan per 3 Februari 2021 harga saham BRIS mencapai Rp2.750 per lembar saham. Artinya, harga saham ini naik sekitar 5 kali lipat dibandingkan dengan posisi saat IPO. Selain itu, market cap BRIS pada saat IPO sebesar Rp4,96 triliun. Per 3 Februari 2021, market cap BRIS naik puluhan kali lipat mencapai Rp112,84 triliun.

Tidak hanya itu, prospek bisnis BUMN yang tidak kalah menjanjikan ke depannya, dikatakan Erick Thohir, yaitu industri telekomunikasi digital hingga industri EV Battery yang akan dibangun dalam waktu dekat.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya