SOLOPOS.COM - ilustrasi sensus penduduk online 2020 (freepik)

Solopos.com, SOLO -- Badan Pusat Statistik (BPS) Solo mencatat dan merekam data 202 orang tunawisma lewat Census Night, Selasa (15/9/2020) malam.

Petugas BPS bersama polisi, Dinas Sosial, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dispendukcapil) mendatangi para tunawisma itu. Petugas melakukan pencacahan penduduk atau Census Night yang menyasar tunawisma yang belum tersensus.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kepala BPS Kota Solo, Totok Tavirijanto, menjelaskan Census Night menyasar penduduk yang belum tercacah dalam sensus penduduk (SP) 2020 tahap I dan tahap II. Terdapat 30 petugas BPS yang menyebar ke 52 lokasi menyasar tunawisma Solo.

Seberangi Bengawan Solo Pakai Batang Pisang, Remaja Sambungmacan Sragen Tewas Tenggelam

“Kami lakukan serentak pada malam hari karena menunggu tunawisma beristirahat. Data yang kami catat lebih simpel daripada data sensus warga umumnya. Kalau ada KTP, kami tanyakan,” katanya.

Data sensus tunawisma Solo. (Solopos/Dok)

Totok menjelaskan akan mengembalikan data hasil SP ke Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kementerian Dalam Negeri. Termasuk 202 tunawisma yang terdata pada Selasa malam itu.

Hal itu sebagai dasar bagi pemerintah mengambil kebijakan untuk pengentasan orang tak memiliki tempat tinggal. Dua orang tunawisma Solo yang terdata oleh petugas BPS adalah Sutikno, 69 dan Sumarsih, 67.

Pilkada Solo: Paslon Bajo Bidik Nomor Urut 01, Ini Alasannya

Keduanya tengah melepas lelah pada emperan toko Jl Arifin barat laut Pasar Gede, Solo, saat petugas mendatangi mereka pada Selasa (15/9/2020) pukul 22.00 WIB.

Pasutri yang mengaku dari Kecamatan Gamping, Sleman, DIY, tersebut menggelandang sejak 10 terakhir. Namun, mereka menolak meminta-minta untuk mencukupi kebutuhan pangan.

Layanan Kesehatan

Sutikno yang sehari-hari menjadi penarik becak dan Sumarsih menjual barang bekas. Mereka tidak mendapatkan pemasukan cukup untuk menyewa tempat tinggal. Selain tidak memiliki hunian, keduanya juga tidak mendapatkan jaminan layanan kesehatan dari pemerintah.

Positif Tambah 8, Satgas Covid-19 Kota Solo Waspadai Kasus Dengan Ekor Berlapis

Padahal, tunawisma Solo itu tidur beratapkan langit dan usia mereka sudah lanjut sehingga rentan sakit dan butuh layanan kesehatan.

“Sempat ingin berganti KTP tapi enggak punya domisili tetap. Saya ragu untuk mengurus. Selama ini tidak ada petugas yang mendata. Alhamdulilah, kalau sakit sembuh dengan obat dari toko,” katanya.

Tidak hanya Sutikno dan Sumarsih yang menggelandang sekitar area Pasar Gede. Terdapat belasan tunawisma yang melepas lelah dari aktivitas masing-masing sepanjang hari.

Calon Pemilih Pilkada Solo 2020 Berkurang 2.712 Orang, Ini Penjelasan KPU

Tunawisma lain, Sulastri Ginting, 55, mengaku tak ingat kapan kehilangan KTP dan kapan mulai menggelandang. Yang ia ingat mendapatkan tawaran bekerja sebagai asisten rumah tangga setelah 40 hari suaminya meninggal dunia di Tebing Tinggi.

“Saya dulu tertipu orang yang nawari kerjaan. Mau pulang enggak ada ongkos. Saya enggak mengemis. Orang-orang pada bantu sembako,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya