SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

SLEMAN—Pepohonan di lereng Merapi banyak yang meranggas karena musim kemarau berkepanjangan. Jika tidak segera dilakukan penghijauan, kondisi itu dikhawatirkan bakal semakin memprihatinkan.

Kepala Dusun Srunen, Glagaharjo, Cangkringan, Sukatmin mengatakan, tanah di lereng Merapi lambat laun menjadi tandus dan gersang karena musim kemarau.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Maka itu, program penghijauan di lereng Merapi harus berkesinambungan,” katanya saat dihubungu, kemarin (18/8). Adapun mengenai rencana pemerintah untuk menjadikan lereng Merapi sebagai hutan rakyat atu hutan lindung, menurut Sukatmin, hal itu bukan solusi terbaik untuk mengantisipasi kegersangan kali ini.

Pasalnya, perwujudan konsep hutan rakyat pasti membutuhkan waktu cukup panjang. Lagipula, sebagian besar warga, terutama di Dusun Kalitengah Lor dan Kalitengah Kidul, dan Srunen juga enggan merelakan tanah leluhurnya diperuntukkan sebagai hutan semata.

“Dengan dilanjutkanya program penghijauan, dapat dipastikan kondisi lereng Merapi bakal kembali hijau. Toh, kesadaran warga lereng Merapi dalam menjaga lingkungannya tidak perlu dipertanyakan lagi,” tegas Sukatmin.

Dari data yang dihimpun Harian Jogja, lahan hijau di lereng Merapi luasnya mencapai sekitar 1.840 hektare yang terdiri dari 1.000 hektare lahan Taman Nasional Gunung Merapi dan hutan rakyat seluas 840 hektare.

Sejak erupsi 2010 lalu, program penghijauan lereng Merapi baru mencapai sekitar 300 hektare. Selain sebagai program pemerintah pusat, provinsi, hingga Pemkab Sleman, penghijauan lereng Merapi juga digiatkan dari berbagai donatur peduli Merapi.(Harian Jogja/Dinda Leo Listy)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya