SOLOPOS.COM - Dr.Lina Tjandra Koesnandar SpPD,M.S (istimewa)

Solopos.com, SOLO--Di tengah pandemi Covid-19 ini kita seolah terpaku pada satu penyakit saja dan kurang waspada terhadap penyakit lain yang bisa timbul seiring perubahan cuaca. Padahal pada musim hujan seperti ini, ada penyakt yang juga perlu diwaspadai, yakni leptospirosis.

Penyakit ini ditularkan oleh hewan pengerat seperti tikus, kelelawar dan musang. Hewan piaraan seperti anjing dan kucing juga bisa menularkan penyakit ini kepada manusia.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Kasus terbanyak leptospirosis di daerah tropis, termasuk Indonesia. Penyakit ini bersifat musiman karena temperatur adalah faktor yang memengaruhi kelangsungan hidup leptospira,” jelas Dokter spesialis penyakit dalam dari Rumah Sakit (RS) Triharsi Solo, Dr. Lina Tjandra Koesnandar, SpPD, M.Sc.

Ekspedisi Mudik 2024

Dokter Lina menuturkan leptospirosis disebabkan oleh mikroorganisme leptospira. Tikus merupakan vektor utama L icterohaemorrhagica penyebab leptospirosis pada manusia. Di dalam tubuh binatang tersebut, leptospira hidup di dalam ginjal/air kemihnya.

“Manusia bisa terinfeksi melalui kontak dengan air, tanah, atau lumpur yang telah terkontaminasi oleh urine binatang yang telah terinfeksi leptospira. Infeksi terjadi jika ada luka atau lecet pada kulit atau selaput lendir,” ujar Dokter Lina.

Risiko Tinggi

Menurut Dokter Lina, orang yang mempunyai risiko tinggi terkena penyakit ini adalah pekerja di sawah, perkebunan, peternakan, pekerja tambang, dan pekerja di rumah potong hewan.

“Leptospira masuk ke dalam tubuh melalui kulit atau selaput lendir, memasuki aliran darah dan berkembang, lalu menyebar secara luas ke jaringan tubuh. Masa inkubasi berkisar antara 7-13 hari,” jelas dokter lulusan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta ini.

Mereka yang terkena leptospirosis biasanya mengalami gejala demam, menggigil, sakit kepala, nyeri otot, kehilangan nafsu makan, mual, muntah, diare, mata merah, dan perubahan warna kulit serta mata menjadi kuning.

Pada fase yang lebih parah penderita bisa mengalami muntah darah, mimisan, perdarahan gusi, kerusakan ginjal, peradangan selaput otak, sampai dengan penurunan kesadaran.

Mendiagnosis seseorang terkena leptospirosis, kata Dokter Lina, tidak mudah karena gejala yang timbul tidak khas dan bervariasi. Diagnosis pasti didapat dengan ditemukannya leptospira pada darah atau urine atau ditemukannya hasil serologi positif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya