SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

KLATEN — Maraknya hama tikus di Kabupaten Klaten, menyebabkan dua warga terkena Leptospirosis. Namun menurut Kepala Seksi Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang (P2B2) Dinas Kesehatan (Dinkes), Herry Martanto, jumlah ini mengalami penurunan jika dibandingkan tahun sebelumnya.

“Biasanya kalau tahun-tahun sebelumnya, awal tahun seperti ini sudah lebih dari dua yang terkena bakteri lepto. Hal ini karena dipicu musim hujan sehingga kencing tikus tersebut terkadang terbawa aliran air dan menyebar ke daerah lain,” kata Herry kepada Solopos.com, di ruangannya, Selasa (2/4/2013).

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Leptospirosis merupakan penyakit yang disebabkan bakteri Leptospira yang dapat ditularkan dari hewan kepada manusia dan biasanya melalui kencing. Kedua warga yang positif menderita leptospirosis adalah warga Desa Wunut, Tulung yang terkena pada Maret dan dirawat di PKU Muhammadiyah Delanggu sedangkan warga Ngemplak, Kalikotes pada April dan dirawat di RS Soeradji Tirtonegoro.

Herry mengklaim pihaknya sudah melakukan penyelidikan epidemologi (PE) dan sudah memblok supaya penyakit tersebut tidak menyebar ke yang lain. Penularan bakteri ini biasanya melalui luka. Kemudian bakteri masuk ke dalam tubuh dan biasanya menyerang ginjal. Herry menuturkan orang yang sakit leptospirosis biasanya sudah sering terkena bakteri lepto.

Gejala penyakit ini antara lain demam, nyeri betis, mual dan mata kuning kemarahan. Oleh karena itu, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Cahyono, menuturkan masyarakat segera memeriksakan diri ketika merasa sakit sebagai upaya pencegahan penyakit menjadi serius.

Sementara itu, data Dinkes menunjukkan pada 2011 terdapat 34 warga menderita leptospirosis dan satu warga meninggal. Sedangkan 2012 terdapat 19 warga menderita leptospirosis dan tiga orang meninggal. Oleh karena itu, menurut Herry, pihaknya berusaha mengantisipasi untuk menekan angka kematian akibat penyakit tersebut.

“Upaya yang kami lakukan adalah setelah mendapat laporan, kami melakukan PE dan meneliti faktor risiko, kemudian penyuluhan kepada warga sekitar dan sosialisasi pengendalian,” ujar Herry.

Herry menuturkan penyakit ini juga bisa dicegah dengan cara mencuci tangan atau kaki setelah beraktivitas di tempat yang rawan menjadi habitat tikus. Cahyono menambahkan selain itu, perlu pula diterapkan pula perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya