SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SOLO — Sejumlah pengendara di Jl. Dr. Moewardi dari arah utara menuju selatan nekat balik arah setelah lepas dari mulut Fly over Manahan. Padahal, Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Solo sudah memasang water barrier sepanjang 100an meter untuk menghindari crossing dan tumpukan kendaraan.

Rambu larangan berbalik arah pun sudah terpasang. Berdasarkan pantauan Solopos.com, Sabtu (5/1/2019), dalam satu menit sekurangnya 20 pengendara sepeda motor putar balik, setelah melewati fly over Manahan untuk menuju gang-gang kecil di barat jalan atau ke arah Jl. Hasanuddin. Akibatnya, lalu lintas dari dua jalur berlawanan di jalan itu kerap macet.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Salah seorang pekerja di Jl. Dr. Moewardi, Kirno, mengaku kebiasaan buruk pengendara jalan tersebut terjadi setiap hari. Mereka mengabaikan rambu larangan yang terpasang sehingga membahayakan diri sendiri dan pengguna jalan lain.

“Saat jam berangkat dan pulang sekolah atau kantor, yang melanggar jumlahnya lebih banyak. Terkadang kemacetannya sampai fly over. Mungkin enggak punya SIM (surat izin mengemudi),” kata dia, ditemui Solopos.com di tepi jalan, Sabtu.

Ia menyayangkan ulah oknum pengendara itu lantaran tidak memedulikan kemacetan yang ditimbulkan. Beberapa kendaraan roda empat bahkan berputar bersamaan di depan SMP Negeri 25 Solo. Padahal titik itu cukup ramai di jam sibuk karena aktivitas antar jemput anak sekolah.

“Dulu ada yang membuka water barrier depan Masjid Kotta Barat. Asal saja mau putar balik. Sesudah itu ditinggalkan begitu saja, sehingga sebagian water barriet keluar dari garis tengah. Ini ‘kan sangat membahayakan pengguna jalan lain,” ucapnya.

Kabid Lalu Lintas Dishub Solo, Ari Wibowo, mengakui masih banyak pengguna jalan yang enggan mematuhi larangan putar balik tersebut. Pemasangan water barrier sebelumnya yang hanya sampai pertigaan Masjid Kota Barat (menuju Jl. Kenanga) diperpanjang sampai pertigaan Jl. Dahlia atau di depan SMP Negeri 25 Solo.

“Kami memasang rambu larangan empat hari lalu. Sosialisasi sudah dilakukan jauh hari, tapi kalau masih banyak yang melanggar, ya memang seperti itu karakter yang susah diatur. Padahal ini untuk mendukung kelancaran lalu lintas dan mencegah kemacetan. Kami juga enggak bisa terus memasang petugas di sana. Seharusnya, sebagai masyarakat yang berbudaya mau mematuhi rambu yang ada,” ucap Ari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya