SOLOPOS.COM - Benyamin Sarmono (JIBI/SOLOPOS/Muhamad Khamdi)

11 Kali pindah rumah, ditawari miliaran rupiah

Benyamin Sarmono (JIBI/SOLOPOS/Muhamad Khamdi)

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Benyamin Sarmono, yang pada 2000 menjadi Ketua Ranting PDIP Desa Saradan, Kecamatan Masaran, Sragen, adalah sosok kunci terbongkarnya skandal dugaan penggunaan ijazah palsu dalam pencalonan Untung Wiyono sebagai bupati Sragen dalam Pilkada Sragen 2000.

Berikut penuturan Benyamin kepada wartawan SOLOPOS, Muhammad Khamdi.

“Saya sudah berkomitmen dengan istri saya, apabila ingin mengungkap sebuah kebenaran harus rela ditindas dan disia-sia oleh orang yang berpihak pada Untung. Kasus yang saya bongkar melibatkan orang berduit. Jadi semuanya akan diantisipasi menggunakan uang,” tutur Benyamin.

Benyamin adalah orang yang kali pertama berani membongkar dugaan penggunaan ijazah palsu oleh Untung Wiyono saat mencalonkan diri sebagai bupati Sragen dalam pemilihan kepala daerah (Pilkada) Sragen 2000.

Nama lengkapnya Benyamin Sarmono. Dia bercerita lelakon-nya “melawan” Untung Wiyono ketika ditemui Espos, Kamis (8/9/2011), di rumahnya di Tegal Mijen, Desa Bulan, Kecamatan Wonosari, Klaten.

Belakangan ini ketika kasus penggunaan ijazah palsu oleh Untung Wiyono mengemuka kembali, Benyamin kembali teringat atas detail lelakon-nya saat mulai membongkar skandal penggunaan ijazah palsu itu.

Kini, memang tidak banyak yang tahu bahwa Benyamin yang pada 2000 menjabat sebagai Ketua Ranting PDIP Desa Saradan, Kecamatan Karangmalang, Sragen, menemukan kejanggalan terkait pencalonan pengusaha Sragen yang bernama lengkap Untung Sarono Wiyono Sukarno itu sebagai bupati Sragen.

Kala itu, kata Benyamin, di tengah ramainya pencalonan Untung sebagai bupati Sragen, mengemuka rumor tentang ijazah palsu yang diduga kuat digunakan Untung dalam pendaftaran sebagai calon bupati Sragen. Rumor itu berembus kencang.

Benyamin, seorang diri, kemudian berangkat ke Jakarta untuk menelusuri benar tidaknya rumor terkait ijazah palsu yang digunakan Untung. Dia mendatangi SMA Sembada di Jakarta.

“Setelah saya cek di sana, ternyata sekolah itu sudah tutup pada 1990. Ijazah SMA Sembada Jakarta berangka tahun 1971 bernomor seri LAA 001054 yang diklaim sebagai milik Untung Wiyono ternyata milik Ratna Hidayat, siswa SMAN 6 Jakarta,” jelas Benyamin.

Dia kemudian pulang ke Sragen dan mengungkapkan temuan fakta ijazah tersebut kepada beberapa orang. Di Sragen, Benyamin kemudian membeberkan temuannya itu kepada publik melalui media massa pada 16 Oktober 2000.

Selang satu hari, pada 17 Oktober 2000, Benyamin dipukuli beberapa orang yang mengaku utusan Untung. Dengan rasa panik dan khawatir, Benyamin mengungsi ke daerah Tawangmangu, Karanganyar.

Namun, sejumlah ancaman terus mendatanginya. Rumah Benyamin di Desa Saradan, Kecamatan Karangmalang, dihancurkan segerombolan orang.

“Ketika rumah saya dihancurkan, saya sudah mengungsi ke Tawangmangu. Saya harus melindungi keluarga dan dua anak saya. Berbagai perabotan rumah juga dijarah massa hingga ludes tak tersisa,” terangnya.

Benyamin tak berhenti di situ. Ancaman pembunuhan kerap diterimanya. Namun ia menghadapi dengan tegar dan sabar. Motivasinya hanya untuk menegakkan kebenaran.

Beberapa kali Benyamin hendak disuap oleh orang yang mengaku utusan Untung. Benyamin pernah ditawari uang miliaran rupiah dengan syarat menutup mulut dan memusnahkan fakta yang dia temukan itu.

Namun, ia menolak tawaran agar tidak mengungkap atau melanjutkan kasus ijazah palsu itu. Atas kenyataan itu, Benyamin harus berganti-ganti tempat tinggal 11 kali hingga akhirnya dia membangun rumah di Tegal Mijen, Desa Bulan, Kecamatan Wonosari, Klaten. (Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya