SOLOPOS.COM - Burung hantu (Tyto alba) sebelum dilepasliarkan sebagai predator alami hama tikus di Demak, Jateng, Kamis (25/1/2018). (JIBI/Solopos/Antara/Aji Styawan)

Solopos.com, SRAGEN -- Maraknya hama tikus yang menyerang tanaman padi petani membuat Pemerintah Desa (Pemdes) Celep, Kecamatan Kedawung, Sragen, berencana menangkarkan burung hantu atau tyto alba.

Jenis burung hantu ini merupakan predator dari hama tikus yang belakangan meresahkan petani di Kedawung Sragen.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Dana sekitar Rp30 juta dari dana desa (DD) sebetulnya sudah dianggarkan Pemdes Celep untuk membeli bibit tyto alba pada tahun ini.

Solopos Hari Ini: Waspada Klaster Perkantoran

Akan tetapi, terjadinya pandemi membuat Pemdes Celep mengurangi anggaran pengadaan burung hantu itu sebesar Rp12 juta. Kini, anggaran untuk pembelian burung hantu itu tersisa Rp18 juta.

"Kami baru saja mencairkan dananya. Kami belum tahu harganya per ekornya berapa. Rencana baru mau ke Klaten [untuk survei harga]," jelas Sekretaris Desa Celep, Sumadi, kepada Solopos.com, Rabu (29/7/2020).

Pemdes Celep juga akan membuatkan pagupon untuk petani. Dia tidak yakin di masa pandemi ini petani mau berswadaya membuat pagupon yang jadi tempat tinggal burung hantu itu.

3 Tips Bisa Berkurban Walaupun Tabungan Anda Belum Cukup

Tyto alba merupakan jenis burung yang memiliki kemampuan dalam membunuh hama tikus. Satu ekor burung tyto alba bisa membunuh 3-5 ekor tikus setiap malamnya.

Jika dihitung secara matematis, satu ekor burung hantu bisa membunuh 90 hingga 150 ekor tikus tiap bulannya. Apabila dalam satu area persawahan terdapat 10 ekor burung hantu, maka tikus yang terbunuh bisa mencapai 900-1.500 ekor tiap bulannya.

Sumadi mengakui hama tikus telah membuat kalangan petani pusing. Bahkan, ada petani yang terpaksa menanam padi hingga dua kali di lahan yang sama akibat serangan hama tikus.

Predator Tikus Sawah

Tidak hanya menyerang tanaman padi, tikus juga menyerang tanaman bawang merah, tomat hingga cabai.

"Di Celep tidak ada petani yang memasang jebakan tikus [teraliri listrik]. Kalau menembak tikus ada, salah satunya saya sendiri. Dalam dua jam, saya bisa menembak 10-15 ekor tikus yang menyerang tanaman tomat saya. Kalau di area persawahan, mungkin jumlahnya lebih dari itu,” ujar Sumadi.

10 Berita Terpopuler: Pagar Tembok Ponorogo Dirobohkan - Suhu Terendah Soloraya

Sementara itu, Ketua Komisi IV DPRD Sragen, Sugiyamto, mengakui budi daya burung hantu bisa menjadi solusi atas maraknya hama tikus yang menjadi musuh petani.

Dia berharap Pemkab Sragen bisa mengkaji perlunya pengadaan burung hantu supaya bisa dibudidayakan oleh kalangan kelompok tani.

"Area pertanian di Sragen itu sangat luas sehingga dibutuhkan banyak sekali burung hantu itu. Apalagi, jumlah tikus dalam satu kawasan itu ribuan. Itu perlu dikaji dulu oleh Dinas Pertanian terkait perlunya pengadaan burung hantu sebagai predator tikus sawah," papar Sugiyamto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya