Sabtu, 27 Agustus 2011 - 10:17 WIB

Lebaran diprediksi berbeda, ukhuwah tetap terjaga

Redaksi Solopos.com  /  Nadhiroh  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Dok. SOLOPOS)

Ilustrasi (Dok. SOLOPOS)

Jatuhnya Hari Raya Idul Fitri 1432 H diprediksi bakal berbeda. Umat Islam pun diminta tetap menjaga ukhuwah islamiah

Advertisement

”Jika memang tidak dapat serentak, tidak menjadi masalah asalkan saling menghormati dan menghargai satu sama lain. Jika awal Ramadan bisa serentak, bukan tidak mungkin 1 Syawal 1432 H juga dapat serentak.”

Kalimat itu diungkapkan Kasi Urusan Agama Islam Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Solo, Musta’in Ahmad, Jumat (26/8/2011). Pernyataan itu diutarakan Musta’in karena Hari Raya Idul Fitri 1432 H diprediksi bakal berbeda.

Advertisement

Kalimat itu diungkapkan Kasi Urusan Agama Islam Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Solo, Musta’in Ahmad, Jumat (26/8/2011). Pernyataan itu diutarakan Musta’in karena Hari Raya Idul Fitri 1432 H diprediksi bakal berbeda.

Badan Hisab Rukyah Kementerian Agama pun juga memperkirakan adanya perbedaan Lebaran. Anggota Badan Hisab Rukyah Kementerian Agama, Ahmad Izzudin, mengatakan pada 30 Agustus posisi bulan (hilal) meski telah di atas ufuk, masih berada di bawah dua derajat sehingga sulit dilihat.

”Dengan posisi bulan seperti itu, diprediksikan terjadi perbedaan dalam penentuan 1 Syawal atau Idul Fitri di antara umat Islam,” katanya di Semarang, Jumat.

Advertisement

”Untuk Muhammadiyah menggunakan hisab. Bulan baru ditentukan berdasarkan hilal yang berwujud atau di atas nol derajat. Dari data di Muhammadiyah pada Senin (29/8/2011), hilal berada di 1 derajat 55 menit sehingga telah berwujud hilal. Maka 1 Syawal 1432 H jatuh pada Selasa  (30/8/2011),” paparnya.

Sedangkan cara kedua yakni rukyat murni atau hilal yang dapat dilihat dan tidak ada syarat berapa derajat. Jadi, apabila ada orang yang melihat hilal dan berani disumpah, maka hal itu dapat digunakan untuk menetapkan bulan baru.

Untuk cara ketiga yakni imkanur rukyat adalah posisi hilal berada di dua derajat. ”Hal ini dapat berpotensi perbedaan dan rawan tidak terlihat karena tertutup mendung. Maka untuk menyempurnakannya, puasa digenapkan menjadi 30 hari,” terangnya.

Advertisement

Menghadapi kemungkinan adanya perbedaan Lebaran, Izzudin berharap di antara umat Islam di Indonesia tak sampai terjadi perpecahan. Dia mengatakan tim hisab rukyat Provinsi Jateng akan melihat rukyat dari Menara Al Husna Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) Semarang, Senin petang.

”Hisab rukyat akan diikuti perwakilan Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jateng, Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jateng, Kementerian Agama Jateng dan ulama.”

Sekretaris Pimpinan Wilayah (PW) Muhammadiyah Jateng, Tafsir, mengatakan Muhammadiyah telah menetapkan Hari Raya Idul Fitri pada 30 Agustus 2011.

Advertisement

”Ini bukan bermaksud kami ingin berbeda dengan pemerintah atau organisasi Islam lain, namun dasar penetapan Lebaran Muhammadiyah memang menggunakan metode bulan, sehingga jika bulan telah berada di atas ufuk, sudah masuk 1 Syawal,” jelasnya ketika dimintai konfirmasi oleh Espos di Semarang, Jumat.

Meski begitu, sambung Tafsir, tak menutup kemungkinan Lebaran bisa bersamaan karena posisi hilal sudah berada di atas ufuk, kendati masih di bawah dua derajat.

”Peluang untuk Lebaran bersama masih ada, sebab posisi hilal sangat tipis, sudah di atas satu derajat, kecuali kalau di bawah satu derajat. Mudah-mudahan bisa bersama,” harapnya.

(Insetyonoto, Ayu Abriyani KP)

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif