SOLOPOS.COM - Jemaah Salat Idulfitri di halaman Masjid At Taqwa, Kabupaten Wonogiri, tampak khusyuk mendengarkan ceramah khatib, Senin (2/5/2022). (Solopos.com/Luthfi Shobri Marzuqi)

Solopos.com, SOLO – Pada Hari Raya Idulfitri 2023 beda hari, masyarakat dibuat penasaran dengan perbedaan Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU).

Pada Lebaran tahun ini, Muhammadiyah lebih awal dalam merayakan Hari Raya Idulfitri, yakni pada hari ini Jumat, 21 April 2023. Hal ini dikarenakan Muhammadiyah menggunakan metode hisab wujudul hilal. Metode tersebut merupakan kriteria penetapan awal bulan hijriah yang digunakan Muhammadiyah. Kriteria ini mensyaratkan tiga parameter.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Parameter tersebut, yaitu ijtimak sebelum gurub, Bulan terbenam (moonset) setelah Matahari terbenam (sunset), dan saat gurub hilal sudah wujud di atas ufuk.

Mengutip laman resmi Nahdlatul Ulama, berbeda dengan Muhammadiyah, NU menetapkan Hari Raya Idulfitri tahun ini jatuh pada esok hari Sabtu, 22 April 2023. Hal ini dikarenakan tidak diperoleh hasil rukyatul hilal sesuai standar yang ditetapkan.

Tak hanya berbeda soal metode perhitungan Hari Raya Idulfitri, ini perbedaan lainnya antara NU dan Muhammadiyah, yang pernah diulas Solopos.com sebelumnya.

Beda NU dan Muhammadiyah

Muhammadiyah

  1. Dipengaruhi oleh Syeikh Muhammad Khatib al-Minangkabawi, Syeikh Nawawi al-Bantani, Kiai Mas Abdullah dan Kiai Faqih Kembang, Ibnu Taimiyyah, Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Muhammad ibn Abdul Wahhab, Jamaludin al-Afghany, Muhammad Abduh, dan Rasyid Rida.
  2. Tidak membaca qunut dalam salat Subuh.
  3. Tidak membaca selawat.
  4. Tarawih delapan rakaat.
  5. Niat salat tidak membaca Ushalli.
  6. Niat puasa dan wudu tanpa dijahr-kan.
  7. Tidak boleh Tahlilan, Dibaiyah, Berjanzi dan Selamatan (kenduren).
  8. Zikir setelah salat dengan suara pelan.
  9. Azan Subuh tanpa Ashalatu khairu minan Naum.
  10. Azan Jumat satu kali.
  11. Tidak menggunakan kata Sayyidina.
  12. Salat Id di lapangan.
  13. Tidak terikat pada mahzab dalam fikih.

NU

  1. Dipengaruhi KH Kholil Bangkalan, KH Ya’kub, Syaikh Ahmad Amin al-Atthar, Syaikh Sayyid Yamani, Sayyid Sultan Ibn Hasyim, Sayyid Ahmad ibn Hasan al-Atthar, Sayyid Alawy Ibn Ahmad Al-Saqqaf, Sayyid Abas Maliki, Sayid al-Zawawy, Syaikh Shaleh Bafadal dan Syaikh Sultan Hasym al-Dagastany.
  2. Membaca qunut saat salat subuh.
  3. Membaca selawat setelah azan.
  4. Tarawih 20 rakaat.
  5. Niat salat membaca ushalli.
  6. Niat puasa dengan membaca nawaitu sauma ghadin, niat wudlu dengan membaca nawaitu wudu’a.
  7. Tahlilan, Dibaiyah, barjanzi dan selamatan (kenduren).
  8. Bacaan zikir setelah salat dengan suara nyaring.
  9. Azan subuh dengan lafad Ashalatu khair minan naum.
  10. Azan Jumat dua kali.
  11. Menyebut Nabi dengan kata Sayyidina Muhammad.
  12. Salat Id di masjid.
  13. Menggunakan Mazhab Empat dalam Fikih (Syafii, Maliki, Hambali dan Hanafi).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya