SOLOPOS.COM - Slamet Riyadi, menantu Tumirah atau Yu Tum, yang kini menjadi pengelola usaha gatot tiwul Yu Tum memamerkan tiwul olahannya di Wonosari, Gunungkidul, Selasa (7/7/2015).(JIBI/Harian Jogja/Uli Febriarni)

Pada libur Hari Raya Idulfitri diperkirakan permintaan oleh-oleh khas Gunungkidul seperti tiwul atau pun walang goreng meningkat tajam

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Pada libur Hari Raya Idulfitri diperkirakan permintaan oleh-oleh khas Gunungkidul seperti tiwul atau pun walang goreng meningkat tajam. Hal itu membuat sejumlah penjual oleh-oleh mulai menyiapkan stok bahan baku.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Salah seorang pemilik toko oleh-oleh di Wonosari,  Slamet Riyadi mengatakan untuk menghadapi peningkatan permintaan oleh-oleh, pihaknya telah menyiapkan stok bahan baku. “Untuk membuat tiwul dan gatot kami telah menyiapkan stok 1,5 ton gaplek,” kata dia, Selasa (20/6/2017).

Bahan baku gaplek tersebut dia dapat dari wilayah Gunungkidul saja. Menurutnya selama ini untuk memenuhi kebutuhan bahan baku, tidak pernah mendatangkan dari luar daerah. Pun untuk stok hingga ribuan kilogram gaplek, di Gunungkidul masih mencukupi.

Selain menyiapkan stok bahan baku, Slamet juga menyiapkan produk oleh-oleh instan, seperti tiwul dan dan gatot instan kemasan. Pasalnya kalau tidak begitu dia mengaku kewalahan menghadapi pembeli baik yang memesan partai besar, ataupun datang langsung ke tokonya.

Pada Lebaran tahun lalu saja kata dia untuk produk instan dia dapat menjual 150 kemasan. Sementara untuk bahan baku yang dihabiskan selama libur lebaran tahun lalu, ada sekitar dua ton gaplek. “Saat ini belum terlalu ramai, biasanya nanti H+1 hingga H+7 baru ramai,” kata dia.

Sementara itu penjual walang goreng, Andria Kartika malah mengaku kesulitan mencari bahan baku walang. Padahal jika musim libur Lebaran dia memerlukan sedikitnya 10 kilogram walang per hari. Namun saat ini bahan baku tersebut sulit dia dapat.

Pun demikian selain sulit di dapat, menjelang Lebaran ini harga walang mentah melonjak tajam. Dari yang semula sekitar Rp120.000 per kilogram, kini mencapai Rp150.000 per kilogram.

“Kalau walang yang dari Gunungkidul sendiri malah sudah semakin sedikit, kebanyakan mendatangkan dari luar daerah seperti Pati, Wonosobo, dan Kebumen,” kata dia.

Dengan semakin sulit dan mahalnya bahan baku, kini untuk sementara dia menghentikan pesanan. “Pesanan banyak, perhari bisa menghabiskan 28 toples walang, tapi karena bahan bakunya sulit ya sekarang permintaan saya stop dulu,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya