SOLOPOS.COM - Suasanan silahturahmi idul fitri antara ulama dan umaroh se-DIY di Gedung PDHI, Minggu (25/6/2017). (I Ketut Sawitra Mustika))

Lebaran 2017, warga diajak tidak mudah terprovokasi.

Harianjogja.com, JOGJA — Hari raya Lebaran merupakan momentum tepat untuk membuka lembaran baru demi menciptakan kehidupan yang lebih baik dengan jalan kembali ke fitrah sesuai dengan makna asli Idulfitri.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama DIY, Muhammad Lutfi Hamid saat memberikan sambutan dalam acara silahturahmi Idulfitri antara ulama dan umaroh se-DIY, di gedung Persaudaraan Djamaah Haji Indonesia (PDHI), Gondomanan, Minggu (25/6/2017).

“Akhir akhir ini keharhomisan dalam kehidupan berbangsa terganggu oleh tindakan radikalisme, ujaran kebencian serta berita provokatif di media sosial, warung kopi dan jalan-jalan. Demikian masifnya penyebaran hal-hal tersebut, sehingga seakan-akan kita tercabik dari identitas bangsa yang religius,” jelasnya.

Ia mengatakan kondisi penuh ketidakharmonisan yang sedang berkembang di masyarakat bisa dihentikkan dengan kembali pada sifat asal manusia saat diciptakan oleh Allah sesuai dengan makna Idulfitri.

“Diharapkan mereka yang sudah berpuasa dan menjalankan ibadah lain yang menyertainya bisa kembali ke asal.”

Lufti mengatakan sesuai dengan konsep Allah dalam penciptaan manusia, fitrah merupakan potensi alamiah yang dianugerahkan kepada setiap manusia tanpa pengecualiaan apapun.

Ia menjelaskan ada tiga fitrah manusia, yang pertama fitrah sebagi mahkluk beragama. Dimana manusia memiliki nilai-nilai ketaatan pada Sang Pencipta.

Fitrah yang kedua, lanjutnya, adalah fitrah sebagai mahkluk bersusila, yang memilik nilai-nilai etika dan moral. Yang membuat manusia mempunyai posisi yang lebih tinggi dari mahkluk hidup yang lain.

“Karena setiap perbuatan manusia mempunyai nilai, seharusnya, selaras dengan fitrah susila,” ujar Lutfi.

Sementara fitrah yang terakhir adalah fitrah sebagai mahkluk sosial. Dimana manusia memiliki ketergantungan antara satu dengan yang lain. Dan tidak dapat mencapai kesempurnaan hidup tanpa leterlibatan tindakan orang lain sesuai dengan ketentuan.

“Jika nilai-nilai Idul Fitri ini bisa dinternalisasikan ke diri pribadi dan dipancarkan dalam kehidupan sehar-hari, maka Insya Allah akan muncul suasanya kehidupan yang selaras dan harmonis,” tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya