SOLOPOS.COM - Petugas, Naryo, 49, berjaga di perlintasan kereta api tanpa palang pintu di Desa Wonoasri, Kecamatan Wonoasri, Kabupaten Madiun, Senin (26/10/2015). (Irawan Sapto Adhi/JIBI/Madiunpos.com)

Lebaran 2016, dua anggota Linmas memilih lewatkan Lebaran demi menjaga pintu perlintasan KA tanpa palang.

Solopos.com, KLATEN–Slamet Widodo, 46, dan Anggit, 33, duduk bersandar pada sebuah sepeda motor yang terparkir di bawah tenda, Rabu (6/7/2016) siang. Terik matahari yang menyengat kulit membuat kedua pria tersebut memilih berteduh pada tenda yang dibangun di tepi perlintasan kereta api (KA) tanpa palang pintu Desa Taji, Kecamatan Prambanan.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Tak lama mereka beristirahat, sinyal mekanis yang berada di depan tenda bergerak. Keduanya lantas bergegas berada di tengah jalan guna menghentikan laju kendaraan yang akan menyeberang perlintasan. Tak berapa lama, dua kereta api berkecepatan tinggi melaju pada jalur yang berbeda dari arah berlawanan.

Slamet dan Anggit merupakan Linmas serta pekerja dari PT KAI yang dipercaya menjaga perlintasan tanpa palang pintu. Anggit bertugas lebih awal yakni mulai Selasa (28/6/2016) dan bakal berakhir pada Selasa (12/7/2016). Sementara Slamet bertugas mulai Senin (4/7/2016) hingga Sabtu (9/7/2016).

Slamet mengatakan ada dua Linmas yang ditugaskan menjaga perlintasan tanpa palang pintu tersebut. Para Linmas mulai bertugas pukul 07.00 WIB-19.00 WIB. “Tugasnya bergantian. Jadi, hari ini saya yang bertugas. Besok teman satunya lagi yang bertugas,” katanya.

Menjaga perlintasan KA menjelang hingga setelah Lebaran bukan hal asing bagi Slamet. Selama beberapa tahun terakhir, bapak dua anak itu melewatkan Lebaran bersama keluarga demi menjamin keamanan warga saat melewati perlintasan tanpa palang pintu di Desa Taji. “Seperti hari ini tadi, saya Salat Id dulu. Setelah selesai, langsung berangkat. Sudah terbiasa seperti itu. Kalau saya menjalankan tugas seperti ini sekitar delapan tahun,” kata pria yang saban hari bekerja sebagai buruh tani serta penjaga Balai Desa Taji tersebut.

Soal honor yang diterima, Slamet mengaku tahun ini diberi honor sekitar Rp250.000 selama menjaga perlintasan di Desa Taji. “Honornya lebih sedikit ketimbang sebelumnya sekitar Rp300.000. Ya namanya dana yang ada juga terbatas. Yang penting perlintasan dijaga dulu,” ungkap dia.

Merayakan Lebaran tak bersama keluarga juga dirasakan Anggit selama beberapa tahun terakhir. “Ya sudah pekerjaannya seperti ini,” kata warga Desa Cucukan, Prambanan.

Disinggung pengalaman selama menjaga perlintasan, Anggit mengatakan tak semua warga yang menyeberang perlintasan mematuhi arahan ketika ada KA yang akan melintas. “Padahal sudah diperingatkan tetap tetap saja ada yang menerabas. Kalau ada apa-apa yang kena ya kami,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya