SOLOPOS.COM - Puluhan remaja dan muda-mudi warga Desa Wonoharjo, Kemusu, Boyolali, menerima pengarahan dari pelatih silat mereka di desa setempat, Minggu (10/7/2016). (Aries Susanto/JIBI/Solopos)

Lebaran 2016 selesai, muskk mudik berakhir.

Solopos.com, BOYOLALI – Perantau asal Desa Wonoharjo, Kemusu, Boyolali, dibekali ilmu bela diri di kampung halamannya selama mudik Lebaran. Bekal bela diri itu diharapkan bisa berguna untuk kebaikan setelah kembali ke tanah perantauan nanti.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Pantauan Solopos.com di Desa Wonoharjo, Minggu (10/7/2016), puluhan pemuda-pemudi hingga anak-anak terlihat berlatih silat dan lari-lari di salah satu tanah lapang tak jauh dari musala kampung. Latihan tersebut digelar tiga kali dalam sepekan dan tak dipungut biaya sepeser pun.

Khusus selama Lebaran, latihan juga diisi dengan acara halal bil halal serta pengajian. “Rata-rata anak-anak muda di kampung kami kan perantau semua setelah lulus SMA atau SMP. Latihan mental dan bela diri ini diharapkan bisa menjaga jiwa dan raga warga selama di perantauan,” ujar Suwanto, pelatih silat warga dari perguruan Asmaul Haq saat berbincang dengan Solopos.com di sela-sela latihan, Minggu (10/7).

Menurut Suwanto, latihan bela diri tersebut sebenarnya bagian dari upaya dia memancing anak-anak remaja dan pemuda kampung agar tak terlibat dalam pergaulan bebas serta terjebak dalam tindakan melanggar hukum. Sebab, kata dia, kemajuan teknologi dengan dampaknya saat ini sudah menyerang anak-anak kampung yang berada di pedalaman desa sekali pun.

“Desa Wonoharjo ini kan sangat terpencil karena tak punya akses jalan. Lokasinya berbatasan dengan Grobokan. Namun, kemajuan teknologi, banyak dampak negatif bagi anak-anak remaja,” ujarnya.

Itulah sebabnya, jelas warga yang pernah lama nyantri di salah satu Ponpes Nganjuk, Jawa Timur itu, melalui perguruan silat Asmaul Haq ia ingin menanamkan nilai-nilai luhur budi pekerti dan nilai agama kepada pemuda-pemudi kampung. Harapannya, meski banyak warga yang menjadi perantau, namun mereka tetap berbudi pekerti luhur serta taat pada agama.

“Tentu saja, dengan ilmu bela diri harapannya bisa membentengi diri juga. Namun, mental mereka kan sudah dibentengi dulu melalui pendidikan agama dan budi pekerti,” paparnya.

Pelatih lainnya, Sunarno, menambahkan latihan bela diri yang dirintis sejak dua tahun lalu itu mendapatkan dukungan dari orang tua, tokoh masyarakat, serta jajaran muspika setempat. Dia mengatakan syarat mengikuti latihan bela diri ialah rela menjalankan ajaran agama Islam, mau mengaji Alquran, serta bersikap sopan kepada sesama, terlebih kepada orang tua.

“Nilai-nilai budi pekerti di sini sangat kami tekankan, misalnya bagaimana menghormati orang tua, mendahulukan orang Lansia, perempuan dan ibu hamil jika ada antrean,” tambahnya.

Salah satu warga yang ikut pelatihan silat, Sri Purwanti, 10, mengaku ikut bergabung karena ingin bisa menjaga diri jika ada bahaya. Selain itu, ia juga ingin tetap menjaga kesehatan serta memperbanyak teman.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya