SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Lebaran 2015 tak lengkap rasanya tanpa ketupat.

Solopos.com, SOLO – Salah satu sajian khas di perayaan Idulfitri adalah ketupat. Ketupat dan lebaran rupanya punya sejarah unik nan panjang. Ketupat lahir ketika Islam masuk Indonesia berkat Raden Mas Sahid atau populer dikenal dengan Sunan Kalijaga.

Promosi BRI Borong 12 Penghargaan 13th Infobank-Isentia Digital Brand Recognition 2024

Sunan Kalijaga membudayakan 2 kali Lebaran yang dikenal dengan istilah bakda. Bakda pertama adalah hari H Lebaran dan bakda kupat. Bakda kupat dimulai seminggu sesudah lebaran. Pada bakda kupat tersebut masyarakat baru akan merayakan Lebaran dengan makanan ketupat atau kupat.

Setelah selesai dianyam, ketupak diisi dengan beras kemudian dimasak. Ketupat tersebut diantarkan ke kerabat yang lebih tua, sebagai lambang kebersamaan.

Demi memperkenalkan agama yang saat itu masih baru, Sunan Kalijaga menggunakan pendekatan akulturasi tradisi. Ketupat sendiri dalam Bahasa Jawa berasal dari frasa “ngaku lepat” atau mengaku salah. Ini sesuai dengan momen lebaran yang diisi dengan kesempatan meminta maaf.

Kulit ketupat terbuat dari anyaman daun kelapa muda. Ini merupakan simbol perjalanan hidup manusia yang penuh liku dan masalah. Daun kelapa yang lentur dan warna yang baik juga menjadi gambaran bahwa sifat manusia sebenarnya dapat dibentuk, dididik dan diarahkan agar selalu indah.

Sunan Kalijaga memperkenalkan dua bakda lebaran dan bakda kupat. Bakda kupat biasanya dilakukan seminggu setelah salat Id. Perayaan ini ditujukan pada mereka yang menjalankan puasa sunah seminggu setelah lebaran.

Sementara itu, Bakda lebaran mirip dengan perayaan lebaran saat ini atau orang menyebutnya dengan lebaran kecil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya