SOLOPOS.COM - Lumpur Lapindo (JIBI/Solopos/Antara/Eric Ireng)

Solopos.com, SIDOARJO — Sudah delapan tahun musibah meluapnya lumpur lapindo menghantui kehidupan warga yang tempat tinggalnya terendam lumpur Lapindo. Setiap Lebaran tiba, mereka selalu memperingatinya dengan menggelar Salat Id di lokasi luapan lumpur. Namun pada Lebaran 2014, hal itu tak lagi terjadi. Mengapa?

Debit luapan lumpur Lapindo yang merendam sekitar 1.500 hektare, yang terdiri dari 16 desa di tiga kecamatan, Kabupaten Sidoarjo tiap tahunnya terus meningkat. Salah satu warga Porong yang menjadi korban luapan lumpur lapindo mengungkapkan pada hari raya Idul Fitri atau Lebaran, biasanya korban lumpur Lapindo melaksanakan salat Id di lokasi luapan lumpur.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Namun, pada tahun ini, hingga H-1 lebaran, tidak ada agenda salat Id di lokasi semburan lumpur yang dikeluarkan oleh koordinator lapangan korban lumpur lapindo.

“Para korlap yang dahulu gencar menyuarakan kesengsaraan korban Lapindo kita telah menghilang. Kami mendengar mereka sudah dibayar oleh perusahaan, sehingga tidak kritis lagi,” ujarnya yang tidak ingin disebutkan identitasnya di Porong, Sidoarjo, Minggu (27/7/2014).

Menurutnya kini warga korban Lapindo sudah terpecah-pecah, hanya menyisakan beberapa termasuk dirinya yang belum sepenuhnya menerima kompensasi kerugian dari PT Lapindo Brantas. Warga yang dahulunya bekerja sebagai buruh pabrik di sekitar lokasi luapan lumpur lapindo kini harus menjadi pengangguran, karena pabrik tempat mereka bekerja juga menjadi korban luapan lumpur.

Beberapa warga Porong kini menjadi tukang ojek dan pemandu wisata lumpur Lapindo guna mempertahankan keberlangsungan hidup mereka.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya