Solopos.com, BOYOLALI–Ratusan sapi terlihat keluar kandang berjalan menuju jalanan bersama para pemiliknya. Sapi-sapi tersebut terlihat mengenakan kalung ketupat.
Setelah semua siap, sapi diarak berjalan mengitari desa. Ya itulah sebuah tradisi perayaan syawalan atau hari raya ketupat di Dukuh Mlambong, Desa Sruni, Musuk, Boyolali.
Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya
Tradisi tersebut masih dipertahankan oleh warga setempat karena merupakan sebuah warisan dari leluhur. Tradisi tersebut dipercaya dapat memberi berkah terhadap pekerjaan yang digeluti masayarakat.
“Itu merupakan warisan para leluhur, jadi kami harus tetap mempertahankannya sebagai wujud kepedulian terhadap budaya. Ya semoga kami mendapat berkah setelah melakukan tradisi itu,” ujar Ketua RW 004, Hadi Sutarno, saat ditemui di rumahnya seusai acara, Senin (4/8/2014).
Tradisi tersebut nampaknya menjadi tradisi tahunan yang akan selalu dilaksanakan masyarakat setempat. Itu dikarenakan terdpat kekhawatiran akan adanya sesuatu yang tidak enak selalu muncul apabila tradisi tersebut tidak dilaksanakan.
“Kami khawatir kalau tidak dilestarikan ada peristiwa buruk yang menimpa, toh selama ini masyarakat selalu antusias menyambut tradisi tersebut,” tambah Hadi.
Mata pencaharian warga setempat mayoritas adalah peternak sapi. Oleh karenanya di hari itu, sapi dimanjakan karena telah dianggap membantu memenuhi kebutuhan hidup. Sebelum diarak terlebih dahulu sapi dimandikan atau sekadar dibersihkan agar terlihat elok saat diarak.
Sementara warga setempat, Suwarnu, mengatakan tradisi itu sudah berlangsung turun-temurun sejak jaman nenek moyang. Ia berasama warga lainnya sangat antusias menyambut tradisi tahunan itu. Menurutnya tradisi itu sebagai wujud syukur warga kepada Allah SWT, karena dengan hewan ternak tersebut telah memberikan rejeki, sehingga bisa mencukupi kebutuhan keluarga.
“Ya ini sebagai bentuk rasa syukur kami saja atas apa yang telah kami miliki dengan beternak selama ini,” ujarnya.