SOLOPOS.COM - Ilustrasi rukyatulhilal (JIBI/Solopos/Antara/Sahrul Manda Tikupadang)

Rukyatulhilal Lebaran 2013

Ilustrasi Rukyatulhilal (JIBI/Solopos/Antara/Sahrul Manda Tikupadang)

Solopos.com, JAKARTA — Muhammadiyah tetap tak hadir dalam sidang isbat penetapan 1 Syawal 1434 H di Kantor Kementerian Agama, Jakarta, Rabu (7/8/2013), kendati kegiatan itu diawali dengan Sarasehan Mencari Titik Temu Awal Syawal 1434 H. Sarasehan itu menghasilkan kesepakatan imkanurrukyat atau visibilitas pengamatan hilal oleh beberapa ormas Islam

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Seperti diberitakan Solopos.com, pelaksanaan sidang isbat kali ini dilaksanakan lebih dini sehingga tersedia kesempatan membicarakan upaya mencari titik temu awal Syawal. Diskusi atau sarasehan itu dipimpin langsung Menteri Agama Suryadharma Ali.

Sebelumnya, Muhammadiyah menyatakan tak hadir dengan alasan sudah menentukan 1 Syawal berdasarkan perhitungannya sendiri. Sarasehan diharapkan mampu menyatukan pendapat seluruh umat Islam di Indonesia.

Dirjen Bimas Islam Prof. Abdul Jamil dalam sarasehan itu sebagaimana dikutip NU Online, mengatakan upaya mencari titik temu awal bulan kamariyah sudah dilakukan dan sudah mencapai satu tahap yang cukup menggembirakan, yakni disepakatinya kriteria imkanurrukyat atau visibilitas pengamatan hilal oleh beberapa ormas Islam. “Kriteria imkanurrukyat ini adalah satu niat baik. Memang kriteria ini belum bisa menyatukan, jadi yang tidak sepakat jangan mengolok-olok,” katanya.

Sekretaris Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat KH Asrorun Niam Sholih mengatakan, penetapan awal bulan qamariyah merupakan bagian dari fikih ijtimaiyah yang harus diputuskan bersama umat Islam yang difasilitasi oleh pemerintah sebagai ulul amri.

Sarasehan berlangsung seru. Para peserta silih berganti mengajukan usulan. Bahkan dalam forum itu mengemuka adanya keinginan untuk menerapkan rukyat global. Namun pakar astronomi dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Prof Thomas Jamaluddin segera menampik, kondisi bumi yang bulat menyebabkan tidak mungkin seluruh dunia mengawali awal bulan kamariyah di hari yang sama. Selain itu dan garis kamariyah (edar bulan) juga tidak lurus dengan garis bujur bumi.

Sidang yang berakhir pada pukul 16.30 WIB tanpa hasil, hanya merekomendasikan Menteri Agama untuk mengumpulkan para pemimpin ormas dalam forum informal, dan Muhammdiyah harus hadir. Sidang dilanjutkan setelah salat Asar.

Menteri Agama Suryadharma Ali mengatakan sidang penetapan tanggal 1 Syawal 1434 H kali ini diusahakan berlangsung singkat dan tidak bertele-tele. Diharapkan sidang sudah akan memberikan keputusan pada pukul 19.00 WIB.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya