SOLOPOS.COM - Ilustrasi ibu hamil (Dailymail.co.uk)

Optimalisasi berbagai program terkait dengan layanan ibu hamil pun dilakukan untuk menekan jumlah kasus kematian.

Harianjogja.com, KULONPROGO-Angka Kematian Ibu (AKI) di Kulonprogo tercatat mengalami peningkatan pada 2016 lalu. Optimalisasi berbagai program terkait dengan layanan ibu hamil pun dilakukan untuk menekan jumlah kasus kematian.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Kulonprogo, AKI diketahui mencapai 136,98 per 100.000 Kelahiran Hidup (KH) pada 2016. Angka itu meningkat cukup signifikan dibanding 2015 yang tercatat sebesar 38,22 per 100.000 KH. Jika dijabarkan dalam data absolut, jumlah kematian ibu sepanjang 2016 mencapai tujuh kasus, sedangkan tahun sebelumnya hanya dua kasus.

Kepala Dinkes Kulonprogo, Bambang Haryatno mengatakan, jumlah kasus ibu hamil beresiko tinggi memang cukup tinggi di Kulonprogo. Kondisi itu kemudian berpengaruh terhadap AKI. “Itu memang fluktuatif, masih naik-turun. Kecenderungan kasusnya juga bergeser sehingga kita harus kerja keras untuk memantau proses kelahiran dengan menemukan kasus resiko tinggi sedini mungkin,” ungkap Bambang, Kamis (30/3/2017).

Bambang memaparkan, kasus kematian ibu sebelum tahun 2010 cenderung disebabkan karena pendarahan langsung. Namun, penyebab kematian ibu telah menjadi semakin kompleks dalam beberapa tahun terakhir, mulai dari adanya penyakit kronis hingga masalah sosial.

Sebelumnya, program Menuju Persalinan Sehat (MPS) online dinilai cukup efektif untuk menekan AKI. Koordinasi terpadu dilakukan secara cepat untuk menangani kejadian darurat. Namun, Bambang menyadari jika masih banyak ibu hamil beresiko tinggi yang belum terdeteksi sejak dini. Kondisi itu lalu coba diatasi dengan menerapkan layanan sms gateway dengan mengerahkan kader kesehatan di tingkat desa. Mereka diminta segera melapor apabila menemukan ibu hamil beresiko tinggi. Setiap informasi terbaru bakal langsung diterima berbagai pihak terkait sehingga mempercepat langkah tindak lanjut.

Kendati begitu, Bambang berharap masyarakat juga lebih proaktif. Setiap ibu hamil setidaknya harus memeriksakan diri ke dokter sebanyak satu kali untuk mendapatkan Ante Natal Care (ANC) terpadu berkualitas. Layanan itu akan lebih maksimal jika dilakukan pada trimester pertama karena merupakan bagian dari upaya deteksi dini. “Ada macam-macam penyakit dan bidan tidak bisa mendeteksinya karena keterbatasan alat lainnya. Jadi harus tetap diperiksa dokter minimal sekali,” kata Bambang menegaskan.

Sementara itu, Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wates, Lies Indriyati menyatakan siap berkontribusi dalam upaya menurunkan AKI di Kulonprogo. Pelayanan obstetric dan neonatal emergensi komperehensif (Ponek) selalu siaga 24 jam. “Nanti di gedung baru juga ada ICU untuk bayi sebanyak 10 bed,” ujar Lies.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya