SOLOPOS.COM - Prajurit Kostrad menuju arena latihan gabungan PPRC, Kamis (19/3/2015). (JIBI/Solopos/Antara/Ari Bowo Sucipto)

Latihan gabungan TNI-Polri dilakukan untuk memperkuat kedua institusi.

Solopos.com, JAKARTA — TNI tak dapat memenuhi permintaan Polri terkait menggelar latihan gabungan agar Brimob memiliki kemampuan Raider.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kepala Pusat Penerangan Mabes TNI Mayjen Fuad Basya mengatakan pihaknya sudah biasa menggelar latihan bersama dengan Polri menyangkut penanganan teror, bencana, dan persiapan pengamanan pemilu.

“Tergantung permohonan kerjasama latihan itu terkait apa. Kalau latihan Raider itu kan dipersiapkan pasukan tempur, itu tidak boleh,” katanya melalui sambungan telepon, Selasa (28/7/2015).

Menurut Fuad bila Brimob mendapat latihan Raider, dia khawatir TNI akan dituduh memiliterisasi Polri. Kendati demikian TNI, ujar Fuad, terbuka menjalin latihan kerjasama dengan Polri, namun yang sesuai dengan tugas dan fungsi Polri.

“Jadi terkait kerja sama latihan bersama kalau itu menyangkut raider atau tempur, mungkin tidak bisa  kita penuhi. Kalau terkait lain boleh yang itu memang sesuai dengan fungsi Polri.

Evaluasi
Terpisah,  Mabes Polri menyatakan permintaan latihan bersama Brimob dengan TNI agar memiliki kemampuan Raider merupakan evaluasi dari pelaksanaan operasi penangkapan gembong teroris Santoso di Poso, Sulawesi Tengah.

Kepala Bagian Penerangan Umum Polri Komisaris Besar Pol. Suharsono mengatakan salah satu tujuan dari latihan bersama itu adalah agar Brimob mempunyai kemampuan bertahan di hutan.

Dengan begitu, diharapkan ketika Brimob memiliki kemampuan tersebut dapat mempermudah operasi penangkapan teroris terutama yang berdiam di wilayah hutan  seperti Santoso.

“Iya [evaluasi], khususnya di medan yang seperti itu,” katanya di Mabes Polri, Jakarta, Selasa (28/7/2015).

Suharsono menegaskan latihan bersama tersebut tidak bermaksud memiliterkan polisi. Tapi, hanya transfer kemampuan antara keduanya terutama melengkapi kemampuan yang dimiliki Brimob.

“Untuk latihan bukan di latihan. Bukan kemampuan raider dikopi, hanya sebagian ditransfer misal teknik pengejaran di hutan. Beberapa kasus seperti Santoso,” katanya.

Kendati demikian, menurut dia hingga kini TNI belum merespon ajakan latihan bersama tersebut. Namun dipastikan latihan itu merupakan bagian dari nota kesepemahaman kerjasama antara Panglima TNI dan Kapolri.

Seperti diberitakan, Kapolri Jenderal Pol. Badrodin Haiti mengatakan salah satu permintaan latihan bersama itu karena kendala menangkap Santoso dan kolega yang bersembunyi di hutan. Menurut Haiti, saat ini kemampuan Brimob terkait itu minim.

Kemampuan yang ingin didapat adalah bertahan di hutan seperti anggota TNI. Pasalnya, personel Brimob yang dibeban tugaskan menangkap Santoso tak dapat berlama-lama di hutan. Adapun, Densus 88 tidak didesain untuk mencokok pelaku teroris di hutan-hutan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya