SOLOPOS.COM - Sriyono, penjual cilok yang biasa mangkal di depan ATM Bank Jateng di depan Samsat Klaten, Rabu (8/9/2021). (Solopos.com/Ponco Suseno)

Solopos.com, KLATEN — Dampak munculnya pandemi Covid-19 seolah tak dirasakan Sriyono, 46, yang belakangan mangkal di sekitar ATM Bank Jateng depan Samsat Klaten, Jawa Tengah. Setelah pindah lokasi mangkal, bakul cilok asal Karanganom, Kecamatan Klaten Utara ini mampu meraup omzet hingga Rp500.000 per hari meski di tengah pandemi Covid-19.

Sebelum pandemi Covid-19, Sriyono biasa menjajakan dagangannya ke sejumlah sekolah di kawasan perkotaan. Hal itu seperti di SMP Muhammadiyah Klaten, SMPN 7 Klaten, dan SLB di Klaten.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Pandemi Covid-19 yang sudah berjalan dalam dua tahun terakhir, mengakibatkan sejumlah sekolah ditutup sementara. Para siswa dan bapak/ibu guru melakukan kegiatan belajar mengajar (KBM) melalui daring alias online.

Baca juga: Wajib Tahu, 4 Masjid Kuno di Sragen Ini Bernilai Sejarah Penting!

Sriyono yang sudah menjadi bakul cilok sejak tiga tahun terakhir segera mengubah strategi bisnisnya. Di awal masa pandemi Covid-19, Sriyono langsung mencari lokasi yang dinilai masih sering dikunjungi banyak orang.

Sriyono pun kemudian pindah mangkal berjualan cilok di depan ATM Bank Jateng di depan Samsat Klaten. Lokasi tersebut dianggap sering didatangi banyak orang. Selain warga yang tetap mengurus pajak kendaraan, di lokasi tersebut juga banyak dikunjungi warga yang ingin mengambil uang di ATM Bank Jateng.

“Di sini banyak orang lalu-lalang. Lumayan ramai. Dengan saya berjualan di sini, pendapatan saya tetap sama. Baik sebelum dan selama pandemi Covid-19 berlangsung ini, omzet saya senilai Rp500.000 per hari. Pendapatan bersih bisa Rp200.000 per hari. Dalam sehari, saya bisa menjual delapan kilogram cilok,” kata Sriyono, kepada Solopos.com, di depan Samsat Klaten, Rabu (8/9/2021).

Baca juga: Hiii…. Tebing Sungai di Karangmalang Sragen Ini Diduga Jadi Sarang Ular Piton

Sriyono mengatakan hasil pendapatan yang diperoleh dari menjual cilok digunakan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hal itu termasuk memenuhi kebutuhan pendidikan dua anaknya. Masing-masing masih sudah kuliah dan duduk di bangku SMA.

“Bisa dibilang sedang butuh-butuhnya [duit]. Di sini lumayan ramai suasananya. Saya berjualan di sini mulai pukul 10.00 WIB-14.00 WIB. Di luar sini, saya biasa berjualan juga di Karanganom, Klaten Utara mulai pukul 17.00 WIB-21.00 WIB,” katanya.

Disinggung tentang kondisi di ATM Bank Jateng di depan Samsat Klaten yang tak bisa digunakan sementara waktu menyusul maraknya pembobolan rekening dengan metode skimming dalam beberapa waktu terakhir, Sriyono mengaku penjualan ciloknya tidak terpengaruh dengan kasus tersebut.

“Saya sendiri tahu kalau ATM Bank Jateng di depan Samsat Klaten ini ditutup sejak, Selasa (7/9/2021) pukul 10.00 WIB. Tapi, saya tetap jualan di sini. Selama saya di sini, setahu saya tak ada orang yang mencurigakan dari gerak-geriknya,” katanya.

Baca juga: 5 Kuliner Laziz Khas Blora, Ada BTS Meal dengan Kearifan Lokal Loh

KBO Satreskrim Polres Klaten, Iptu Eko Pujiyanto, mewakili Kapolres Klaten, AKBP Eko Prasetyo, mengatakan kasus pembobolan rekening paling sering terjadi di ATM Bank Jateng di depan Samsat Klaten.

“Kami masih menyelidiki kasus pembobolan rekening milik nasabah Bank Jateng. Kami sudah memeriksa kurang lebih 10 saksi. Itu termasuk empat pelapor yang biasa bertransaksi di ATM Bank Jateng di depan Samsat Klaten,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya