SOLOPOS.COM - Ratusan siswa menyanyikan lagu SMA 2 dalam aksi damai yang digelar di halaman basket sekolah tersebut, Kamis (27/9). (JIBI/Harian Jogja/Yodie Hardiyan)

Ratusan siswa menyanyikan lagu SMA 2 dalam aksi damai yang digelar di halaman basket sekolah tersebut, Kamis (27/9). (JIBI/Harian Jogja/Yodie Hardiyan)

GUNUNGKIDUL—Ratusan siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) 2 Wonosari, Gunungkidul berunjuk rasa mempertanyakan hilangnya laptop, kamera digital serta uang milik siswa di dalam sekolah, Kamis (27/9).

Promosi Antara Tragedi Kanjuruhan dan Hillsborough: Indonesia Susah Belajar

Mereka juga mempertanyakan kebijakan larangan membawa telepon genggam. Aksi damai itu digelar di lapangan basket sekolah setempat. Aksi itu diisi dengan kegiatan tanya-jawab siswa dengan kepala sekolah serta guru. Aksi ini dijaga petugas kepolisian.

Perwakilan siswa kelas XII, Lingga Handoyo Ajie mengatakan, aksi ini digelar untuk mempertanyakan dugaan pencurian barang milik siswa yang sampai sekarang belum ditemukan.

“Aksi ini untuk mempertanyakan barang yang hilang, sekarang kelanjutannya bagaimana,” kata Lingga.

Ia mengatakan, laptop yang hilang tersebut milik siswa kelas X, kamera digital milik siswa XII serta uang.

Sejumlah barang itu hilang beberapa waktu lalu. Siswa juga mempertanyakan kebijakan sekolah yang dianggap kurang tepat, misalnya, larangan membawa telepon genggam ke dalam sekolah saat proses belajar mengajar berlangsung. Meski begitu, guru SMA 2 diperkenankan membawa telepon genggam.

Lingga mengatakan sebagai ganti alat telekomunikasi itu, pihak sekolah menyediakan telepon umum yang dapat dipakai siswa.

“Telepon umumnya pakai kartu seharga Rp 10.000 sampai Rp 15.000,” katanya.

Kepala SMA 2 Wonosari Widarno membenarkan adanya laporan hilangnya laptop serta uang milik siswa tersebut. Pihaknya berjanji menyelesaikan persoalan ini. “Ini tanggung jawab bersama, kami akan tingkatkan kewaspadaan,” kata Widarno.

Widarno mengatakan larangan membawa telepon genggam itu merupakan kebijakan lama. Namun, menurut dia siswa tidak diwajibkan membeli kartu seharga Rp 10.000-Rp 15.000.

Aksi ini juga diisi dengan pembubuhan tanda tangan dari siswa dan guru di lembar kain putih berukuran sekitar 5×3 meter. (ali)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya