SOLOPOS.COM - Ilustrasi

Ilustrasi

SOLO—Maskuri, 52, warga Pajang, Laweyan, Solo merupakan salah satu korban investasi emas abal-abal. Dia mengaku dijanjikan keuntungan Rp1 juta-Rp3juta/hari di awal perjanjian. Namun, setelah tiga bulan ia membenamkan uang senilai Rp87 juta di sana, duitnya justru lenyap.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Berkedok investasi trading emas online ada Maskuri-Maskuri lain yang menjadi korban. Kata-kata emas jadi daya tarik karena logam mulia ini memang sejak dulu jadi pilihan investasi.

Orang tua dulu biasa menyimpan emas. Sekarang pun demikian. Bahkan tidak ada kata rugi jika kita menyimpan emas sebagai pilihan investasi.

Namun, investasi trading emas online tidak sesederhana menyimpan emas batangan atau perhiasan. Sama seperti bisnis multi level marketing (MLM), model bisnis tersebut juga berorientasi mencari anggota sebanyak-banyaknya dengan sasaran masyarakat awam yang gagap teknologi.

Lalu, mereka membuai calon investor dengan janji muluk berupa pemberian keuntungan 2%-5% per hari hingga 100% per bulan dari total investasi. “Ini serupa dengan money game. Mula-mula memang meyakinkan namun ujung-ujungnya investasi  hangus, macet atau tak bisa diambil,” terang Pujiono, warga Solo yang keluarganya menjadi korban investasi emas online.

Penelusuran JIBI/SOLOPOS, modus bisnis ini tak hanya dengan menjanjikan keuntungan berlipat yang susah dinalar. Mereka juga melakukan rekayasa software. Mereka akan membikin script otomatis yang bisa memperlambat permainan teknik trading tertentu para nasabah.

Akibatnya, ketika target profit (TP) tersentuh, investor sulit melakukan closing (berhenti). Sebaliknya, ketika stop loss (SL) atau berhenti karena kalah, tiba-tiba akan mudah tereksekusi. Bahkan, platform trading juga dibikin selalu sibuk [busy] agar investor tak bisa melakukan transaksi online dan selalu kalah.

Muhammad Mujahidin, pengamat dan investor saham berbasis teknologi informasi menyebutkan ada lagi modus kecurangan broker, yakni dengan jalan tak menghubungkan investor trading online dengan pasar internasional.

Dengan kata lain, investor dibikin seolah bermain di pasar internasional sungguhan. Padahal, mereka hanya trading di lokal perusahaan. “Dan ketika investor kalah maka perusahaanlah yang untung. Ini adalah ciri perusahaan investasi bodong,” ujar pria yang akrab disapa Mas Didin ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya