Senin, 24 Oktober 2011 - 06:19 WIB

(Laporan khusus) Stadion Manahan, berstandar internasional tapi pengelolaan tak profesional

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/SOLOPOS/dok)

(Solopos.com) – Stadion Manahan adalah stadion kebanggaan warga Kota Bengawan. Stadion ini pula sering menjadi jujugan event level nasional hingga internasional. Namun, kemegahannya tak bisa menutupi karut-marut pengelolaan stadion itu.

Ilustrasi (JIBI/SOLOPOS/dok)

Advertisement
Pada Agustus 2011 lalu, tuah Manahan benar-benar dirasakan Timnas Indonesia yang melakukan laga uji coba melawan Timnas Palestina. Di stadion yang didominasi warna merah itu, Timnas menang 4-1.

Penyelenggaraan pertandingan itu bisa dibilang sukses dan tentu menjadi kebanggaan tersendiri bagi warga Solo. Apalagi itu bukanlah kali pertama dan takkan jadi terakhir event bertaraf nasional maupun internasional digelar di stadion tersebut.

Akhir tahun nanti, Stadion dan Gelanggang Olahraga (GOR) Manahan juga ditunjuk sebagai tempat penyelenggaraan ASEAN Para Games ke-VI yang akan diikuti 650 atlet dari 11 negara anggota ASEAN. Sejumlah persiapan telah dilakukan, di antaranya perbaikan sarana prasarana mulai dari lantai, pemasangan lift dari lantai I ke tribun, pengecoran kembali plasa, dan sejumlah perbaikan lainnya.

Advertisement

Sayangnya, semua perkembangan positif itu tidak dibarengi dengan manajemen pengelolaan yang baik dan profesional. Di balik gegap gempita penyelenggaraan event olahraga nasional dan internasional itu, Stadion dan GOR Manahan juga mendapat sorotan publik berkaitan dengan penilaian buruk terhadap manajemen di bawah Yayasan Gelora Surakarta.
Pengelolaan keuangan yang tidak transparan dan pengabaian terhadap asas-asas ketaatan hukum, di antaranya dengan tidak mengurus perpanjangan izin yayasan, menjadi sumber permasalahan. Sekda Solo pun sempat mengatakan selama ini pengelolaan Manahan di bawah yayasan masih karut-marut dan amburadul.

Kini, Pemkot tengah memproses pengambilalihan pengelolaan stadion tersebut. Yayasan Gelora Surakarta telah dibekukan dan mulai 12 September pengelolaan diserahkan kepada Satuan Tugas (Satgas) yang diketuai oleh Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP), Satriyo Teguh Subroto.

Salah satu tokoh sepak bola Solo, Hong Widodo, yang kini menjadi pelatih klub sepak bola Solo FC, mengatakan sungguh menyedihkan stadion kebanggaan wong Solo belum dikelola secara maksimal. ”Stadion Manahan memiliki arti yang sangat penting bagi persepakbolaan Solo maupun nasional. Saya berharap masalah terkait pengelolaan segera diselesaikan,” ujar Hong akhir pekan ini.

Advertisement

Dia mengatakan tidak mempermasalahkan siapa yang nantinya akan mengelola stadion itu, yang penting pengelolaan itu harus profesional dan mampu membawa kemajuan, meningkatkan fasilitas dan kepercayaan masyarakat.

Hal senada dikatakan Ketua Bidang Organisasi Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI), Paulus Haryoto. Paulus mengatakan siapa atau dalam bentuk apapun pengelola Stadion Manahan nantinya diharapkan bisa bekerja lebih baik, administrasi lebih transparan dan terkontrol, bisa mengangkat citra dan memaksimalkan fungsi Kompleks Stadion Manahan sebagai sarana olahraga, rekreasi, dan paru-paru kota. ”Bahkan kalau memungkinkan bisa mengembangkan dari sisi industri, yakni industri olahraga.”

Suharsih

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif