SOLOPOS.COM - Grafis lansia telantar di DIY. (Harian Jogja/Tri Harjono)

Tingginya angka kemiskinan dan usia harapan hidup ditengarai jadi penyebab utama

Harianjogja.com, JOGJA-Warga lanjut usia (lansia) yang telantar di DIY bertambah pesat hanya dalam waktu satu tahun. Tingginya angka kemiskinan dan usia harapan hidup ditengarai jadi penyebab utama meningkatnya jumlah lansia telantar.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dari data yang dimiliki Dinas Sosial DIY, pada 2016 lansia yang telantar sebanyak 33.572 orang dan naik menjadi 45.765 orang pada tahun berikutnya. Kepala Bidang Bantuan dan Jaminan Sosial Dinas Sosial DIY Suryono tak tahu pasti penyebab tingginya kenaikan jumlah lansia yang telantar.

Ekspedisi Mudik 2024

“Sejauh ini belum pernah ada kajian ilmiah mengenai hal tersebut,” ujar dia melalui sambungan telepon, Selasa (27/2/2018).

Suryono menduga penyebab masalah ini adalah tingginya usia harapan hidup di DIY. Usia harapan hidup menjadi penentu tingkat kemakmuran dan kesejahteraan penduduk di suatu daerah atau negara. “DIY tertinggi secara nasional. Laki-laki 74 tahun, sedangkan perempuan 76 tahun,” ucap Suryono.

Menurut dia, definisi lansia telantar adalah orang tua yang sudah tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan dasar secara mandiri. Mereka adalah orang-orang yang secara ekonomi sudah tidak berdaya lagi dan harus menyandarkan diri kepada anak, cucu, maupun dan sanak famili. Tetapi, orang-orang yang seharusnya menjadi tumpuan malah terjerat kemiskinan sehingga telantarlah lansia-lansia itu.

Kemiskinan di DIY sebanarnya tak terlalu tinggi dibandingkan dengan daerah lain. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), persentase kemiskinan di provinsi ini per September 2017 adalah 12,36%, lebih tinggi daripada rata-rata nasional yang besarnya 10,12%. Persentase kemiskinan tertinggi ada di Papua, yakni 27,76% dan terendah DKI Jakarta, 3,78%.

Kemiskinan yang berkelindan dengan tingginya angka harapan hidup adalah problem yang dialami banyak wilayah. Studi Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) memprediksi usia harapan hidup di beberapa tempat bisa mencapai lebih dari 90 tahun pada 2030 seiring dengan membaiknya layanan kesehatan. Tingginya angka harapan hidup akan mendorong banyaknya jumlah lansia. Hidup lebih lama tidak selalu berarti meningkatnya kualitas hidup.

“Fakta bahwa kita akan hidup lebih lama menandakan kita harus memikirkan cara memperkuat sistem kesehatan dan sosial agar bisa mengakomodasi populasi lansia dengan berbagai kebutuhan kesehatannya,” kata Majid Ezzati dari Imperial College London yang memimpin studi harapan hidup glabal WHO.

Dengan demikian, tingginya angka harapan hidup bakal membebani sistem layanan kesehatan dan sosial.
DIY belum mampu menyediakan layanan sosial untuk semua lansia telantar. Suryono mengatakan Pemda DIY telah menyediakan panti jompo, tetapi kapasitasnya tidak banyak, hanya untuk 218 orang. “Semua biaya hidup lansia yang ditampung panti jompo milik DIY ditanggung dengan APBD.”

Pemda DIY juga sudah memberikan Jaminan Sosial Lanjut Usia bagi lansia yang terlantar. Namun, lansia yang diberikan bantuan baru sekitar 500-an orang. “Karena memang baru sekian persen yang terjangkau. Kami belum mampu menjangkau semuanya. Yang belum tertampung di panti jompo milik Pemda biasanya ke panti jompo swasta,” ucap Suryono.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya